Menurut keterangan Pastor Kepala Paroki Katedral Kristus Raja, Romo Parjono, pohon Natal dari tampah bekas itu merupakan wujud merayakan Natal secara sederhana. Apalagi, saat ini sedang pandemi Covid-19.
“Tahun ini, bumbu kemeriahan kita kurangi dan memanfaatkan bahan bekas yang sudah tidak terpakai. Itu tampah-tampah sering dipakai pada Natal tahun lalu,” ujar dia, Rabu (23/12/2020).
Tidak hanya digunakan pada Natal tahun lalu, tampah itu juga pernah digunakan untuk keperluan lomba-lomba kemerdekaan Republik Indonesia (RI), keperluan memasak hingga berbagai keperluan lainnya. Totanya ada 70 tampah yang digunakan untuk membuat pohon natal. Dengan pohon setinggi enam meter dengan diameter 4 meter, tampah-tampah tersebut tersusun rapi.
“Kerangkanya sendiri pernah dipakai tahun lalu, pada saat kami membuat pohon Natal dari bahan ecobrick. Tidak ada bahan baru semuanya bahan lama. Karena tahun ini adalah tahun prihatin,” kata dia.
Untuk pembuatan pohon Natal setinggi enam meter tersebut, masih menurut Parjono, membutuhkan waktu seminggu, dan baru selesai dikerjakan pada Selasa (22/12). Meskipun pengerjaannya selama seminggu, namun untuk perencanaannya sudah empat minggu lalu.
“Tampah biasanya digunakan untuk mengayak beras, memilih mana yang jelek dan bagus. Seperti Natal tahun ini mengajari agar membuang yang buruk dan menerima yang baik,” ujarnya.