Banjarnegara, serayunews.com
Ritual pemotongan rambut gimbal anak-anak bajang di Dieng itu, kini sudah dikemas dengan apik sebagai kegiatan budaya dan wisata melalui Dieng Culture Festival (DCF).
Di setiap gelarannya, selalu ada permintaan unik anak bajang ini. Pada gelaran tahun 2019 silam, gadis yang saat ini sudah berusia 7 tahun ini meminta kentut sang ibu yang dimasukkan dalam plastik, serta satu butir telur puyuh.
Sugianto, orang tua gadis tersebut mengatakan, saat itu anak gadisnya baru berusia 4 tahun dan meminta kentut sang ibu dimasukkan dalam plastik. Si gadis mengaku hal itu hanya untuk mainan saja. Keinginan tersebut, sudah dimintanya jauh sebelum pemotongan rambut gimbalnya dalam acara DCF tahun 2019.
“Permintaanya tidak pernah berubah, bahkan sempat ada rayuan untuk mengubah permintaanya. Tetapi ia tetap minta itu. Hingga akhirnya pomotongan dan sejak ini rambutnya sudah tidak gimbal lagi,” katanya.
Ketua Pokdarwis Dieng Pandawa, Alif Faozi mengatakan, permintaan anak bajang sebelum ritual memang unik dan berbeda. Mulai dari meminta sepeda, telur dengan jumlah tertentu, balon, kambing, hingga kentut sang ibu. Itu semua harus dituruti, agar setelah pemotongan, rambut gimbal ini tidak tumbuh lagi.
Berdasarkan kepercayaan masyarakat setempat, anak bajang ini tidak ubahnya seperti anak pada umumnya. Namun mereka memiliki keistimewaan, masyarakat setempat percaya kalau anak bajang ini merupakan murid dari Roro Ronce dari Samudera Kidul yang dititipkan pada Kiai Ageng Kolodete. Ada juga yang mengatakan, anak bajang adalah titisan dari Ki Ageng Kolodete.
“Jadi mereka yang berambut gimbal, awalnya normal seperti anak pada umumnya yang kemudian menjadi murid Kolodete. Jadi, masyarakat percaya kalau mereka yang berambut gimbal ini sebenarnya adalah orang-orang pilihan,” katanya.
Biasanya, saat akan muncul rambut gimbal itu si anak akan mengalami demam (panas) dan kejang-kejang. Kalau ke RS, tidak akan sembuh. Mereka baru sembuh, kalau rambut gimbalnya sudah muncul.
Rambut gimbal itu tidak muncul sekaligus, beberapa saat kemudian bisa muncul gimbal lagi yang didahului dengan sakit panas.
Meski rambut gimbal sudah mulai muncul, proses pemotongan tidak bisa sembarangan. Pemotongan rambut gimbal harus melewati ritual, tetapi tidak harus dengan pesta besar.
“Terpenting persyaratan dan ubo rampenya terpenuhi. Ubo rampe itu misalnya ingkung ayam, kembang, tumpeng sembilan jenis beraneka warna dan hiasan. Ada tumpeng hijau, putih, hitam, dan lain-lain. Hiasan biasanya berupa robyong yang menggambarkan gimbalnya, termasuk permintaan dari anak bajang tersebut yang harus terpenuhi,” katanya.
Karena kepercayaan itu, tidak ada yang berani main-main dengan permintaan bocah bajang atau anak berambut gimbal. Sebab pernah terjadi pada tahun 2017 lalu, saat itu ada peserta rambut gimbal yang permintaanya tidak bisa terpenuhi, sehingga rambutnya gimbalnya kembali tumbuh.
Dari informasi yang dihimpun, saat itu ada warga dari Jakarta yang anaknya berambut gimbal, dan anak tersebut meminta sepeda motor mini. Namun, saat ruwatan, sepeda motor mininya hanya sekadar simbolis.
Setelah sekitar lima bulan dari pemotongan rambut gimbal tersebut, anak bajang ini kembali mengalami gejala yang sama hingga muncul rambut gimbal yang baru.
“Jadi permintaan anak anak bajang ini harus terpenuhi sebelum pemotongan rambutnya. Jika permintaannya sulit terpenuhi, maka harus meminta izin kepada anak terlebih dahulu. Kalau anaknya ikhlas, baru bisa diruwat dan dipotong rambut gimbalnya,” katanya.