Purbalingga, serayunews.com
Valentine day pada hari ke 14 di bulan Februari yang dianggap bulan penuh cinta dan kasih sayang. Biasanya orang memanfaatkan valentine day, untuk mengungkapkan perasaan kepada pasangannya.
Nuansa romantisme, sangat kental pada momen valentine dengan pemberian bunga, ucapan, dan juga coklat. Bisa juga dengan makan malam yang romantis, atau sekadar menginap di hotel untuk quality time bersama orang terkasih.
Konon merayakan valentine, merupakan budaya barat, khususnya di Roma Italia. Namun seiringnya waktu, perayaan valentine menyebar luas ke berbagai belahan dunia tidak terkecuali bagi masyarakat Indonesia.
Berikut ini, beberapa tanggapan anak muda di Purbalingga soal hari valentine.
Fitri Khasanah (25) mengaku belum pernah yang benar-benar merayakan valentine day. Tapi bukan berarti tidak mengetahui akan hari valentine. Bagi dia, tidak masalah masyarakat timur ikut merayakan hari kasih sayang.
“Yang saya tahu dari hari valentine itu, spesial sebagai hari kasih sayang. Bagi yang merayakan biasanya mereka saling berbagi gift atau kado atau sesuatu yang spesial,” katanya, Sabtu (11/02/2023).
Menurut penyiar salah satu radio di Purbalingga ini, hari cinta dan kasih sayang tidak melulu dengan pasangan. Ungkapan cinta bisa lebih luas terhadap keluarga, teman, bahkan bisa untuk diri sendiri.
“Kasih sayang ke diri sendiri itu jauh lebih perlu, karena yang tahu diri kita sendiri ya kita pribadi. Sayang ke diri sendiri, dalam artian sudah melakukan upaya apa buat kesehatan sendiri, baik kesehatan mental, maupun fisik,” katanya.
Beda lagi dengan Ayu (23), baginya berbagi kasih sayang itu tidak hanya di tanggal 14 Februari saja. Namun, sepanjang hari dan setiap waktu perlu memberikan kasih dan sayang kepada orang yang spesial.
“Valentine itu hari kasih sayang katanya, tapi saya sendiri bukan termasuk orang yang merayakan valentine. Buat saya hari kasih sayang itu bukan hanya di tanggal 14 Februari, setiap hari buat saya merupakan hari kasih sayang,” kata perempuan yang bekerja di Dinsos Kabupaten Purbalingga ini.
Meski bukan kaum yang turut merayakan valentine day, Ayu pun tidak ingin mempersoalkan bagi orang yang merayakan. Sebab, bagi seseorang bisa jadi hari itu menjadi sesuatu yang harus diungkapkan dengan sebuah perayaan yang manis menunjukkan ke orang yang mereka sayang.
Lebih lanjut Ayu menjelaskan, pesatnya teknologi zaman sekarang dan era milenial ini memang tidak bisa dipungkiri perayaan valentine di Indonesia cukup masif. Tak hanya dari kalangan muda, namun juga usia tua. Tetapi perayaan valentine itu lebih terkesan euforia semata, sehingga nampak berlebihan dan muncuk kesan negatif.
“Mungkin saran untuk kaum milenial, apapun rasa sayang yang kita miliki sekarang baik itu sayang ke diri sendiri, keluarga, kerabat, sahabat dan lainnya, ungkapkan dengan natural saja. Karena mereka akan merasakan kehadiran kasih sayang kita, apabila memberikan yang terbaik untuk mereka. Bukan soal coklat, bunga atau ungkapan yang hanya diucapkan di Februari ini,” kata dia.
Senada yang disampaikan oleh Dona (25), kasih sayang tidak bisa dispesialkan pada satu hari saja. Setiap saat setiap waktu, kepada orang yang spesial, perlu tetap mencurahkan kasih dan sayang. Bahkan, untuk diri sendiri pun lebih penting.
“Karena seringnya justru mengabaikan kesehatan, kebahagiaan, dan keselamatan diri sendiri lho. Padahal menyayangi diri sendiri itu penting,” kata perawat di salah satu rumah sakit di Purbalingga.
Dia mengungkapkan, valentine bagi dirinya, sama seperti hari lainnya. Berbagi cinta juga tidak semata dengan kekasih saja. Bisa keluarga, teman dan sahabat, serta ke sesama manusia.
“Kalau itu bisa kepada siapapun, bisa berbagi kasih sayang, kelembutan, saling menjaga perasaan, kedamaian akan tercipta,” kata dia.