SERAYUNEWS – Viral video di media sosial, tentang dugaan temuan beras plastik di karung Bulog bantuan dari Kemensos. Temuan beras tersebut, di laporkan ada di sejumlah daerah seperti Purwakarta, Jawa Barat, Bukittinggi, dan Sulawesi Tengah.
Berita-berita semacam ini, tentunya menimbulkan rasa khawatir dan meresahkan masyarakat. Beberapa pakar, mencoba memberikan tanggapan terkait isu yang sedang hangat tersebut.
Melansir dari laman resmi ugm.ac.id, Nanung Danar Dono, S.Pt., M.Sc., Ph.D, Wakil Ketua Halal Center Universitas Gadjah Mada, memberikan klarifikasi soal ini.
Menurutnya, pemberitaan dan video tentang beras (konsumsi) palsu yang terbuat dari plastik, merupakan informasi bohong alias hoax.
Nanung Danar menjelaskan, bahwa polimer plastik saat panas atau dalam kukusan hanya akan berubah jadi plastik panas. Bahkan, jika terlalu panas ia akan mengkerut atau mengkeret, bukan malah mengembang.
“Jika memang benar ada, maka saat di panaskan ia hanya akan berubah menjadi beras plastik panas, bukan berubah menjadi nasi!” ujarnya, di kutip serayunews.com pada Rabu (18/10/2023).
Lebih lanjut, Nanung menyampaikan jika ada orang yang membuat video menggenggam nasi lantas di bentuk seperti bola padat lalu bisa memantul saat di lempar, maka hal itu bukan berarti mengindikasikan nasi tersebut terbuat dari plastik. Melainkan, memiliki kandungan non-starch polysaccharides (NSP) atau karbohidrat non-patinya tinggi.
Senada dengan itu, Prof Slamet Budijanto sebagai Pakar Teknologi Pangan IPB University, mengatakan, bahwa yang di klaim selama ini sebagai beras plastik itu adalah hoaks.
Bahkan, kalaupun benar ada, itu tidak masuk akal. Sebab, untuk membuat biji plastik membutuhkan biaya produksi yang jauh lebih mahal dari harga jual beras konsumsi saat ini.
Prof Slamet yang merupakan Guru Besar Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB University itu menegaskan, semestinya istilah itu tidak pernah ada.
Selama ini yang ada adalah biji plastik, bentuknya bisa bermacam-macam, termasuk menyerupai butiran beras.
“Yang viral itu sebenarnya biji plastik, tapi di kasih nama beras plastik. Jadi itu bukan beras,” tegasnya, di kutip serayunews.com pada laman ipb.ac.id.
Kemudian kedua pakar berpesan, kejadian seperti ini bisa menjadi pelajaran agar masyarakat mencari klarifikasi kebenaran (tabayyun), lebih teliti dan kritis menanggapi suatu isu.***