SERAYUNEWS – Akhir-akhir ini, muncul tren unik di media sosial di mana banyak Muslim melakukan perjalanan ke Mekkah tidak dengan pesawat, tetapi dengan berjalan kaki.
Mereka menempuh ribuan kilometer sembari mengabadikan momen melalui siaran langsung di TikTok.
Banyak netizen yang melihat fenomena ini dan memberikan beragam komentar.
Akhirnya, tren ini menjadi populer di berbagai platform online dan menimbulkan banyak perdebatan, terutama dari umat Islam yang mempertanyakan dasar syariat serta hukum perjalanan ibadah yang tidak lazim ini.
Secara umum, ibadah haji dan umrah memiliki keutamaan besar dalam Islam.
Ibadah ini dianjurkan bagi setiap Muslim yang memenuhi syarat tertentu, seperti kemampuan fisik, finansial, dan kesehatan.
Namun, muncul pertanyaan mengenai hukum dan keabsahan seseorang yang memilih berjalan kaki untuk menunaikan ibadah ini.
Terlebih lagi, perjalanan yang ditempuh bisa mencapai ratusan hingga ribuan kilometer.
Padahal, Allah SWT telah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 286:
“لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا”
Yang artinya: “Allah tidak membebani seseorang, kecuali menurut kesanggupannya.”
Sebagian ulama berpendapat bahwa perjalanan ke Mekkah dengan berjalan kaki sebagai bentuk ibadah pada dasarnya diperbolehkan, selama tujuannya adalah mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Dalam konteks ini, perjalanan dengan berjalan kaki dianggap memiliki keutamaan tersendiri.
Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa segala amal yang dilakukan dengan niat yang benar akan mendapatkan pahala besar. Beliau juga menekankan pentingnya melaksanakan ibadah dengan penuh keikhlasan dan usaha maksimal.
Namun, para ulama juga mengingatkan bahwa seseorang harus mempertimbangkan kemampuan dan kondisi fisiknya.
Dari perspektif fiqh, berjalan kaki tidak menentukan sah atau tidaknya ibadah haji atau umrah, selama niatnya ikhlas dan seluruh syarat ibadah terpenuhi.
Namun, perjalanan yang terlalu jauh dapat menimbulkan risiko kesehatan yang tidak bisa diabaikan.
Ketua Umum Serikat Penyelenggara Umroh dan Haji Indonesia (Sapuhi), Syam Resfiadi, menegaskan bahwa setiap orang bebas memilih moda transportasi untuk mencapai Mekkah.
Baik itu berjalan kaki, menggunakan sepeda, mobil, sepeda motor, atau pesawat, selama mereka memiliki paspor dan visa yang sah untuk memasuki negara tertentu.
Selain itu, perjalanan berjalan kaki jarak jauh di era modern menghadapi tantangan besar.
Faktor seperti perizinan lintas negara, akses makanan dan air minum, serta tempat tinggal selama perjalanan perlu dipertimbangkan dengan matang.
Islam sangat menekankan prinsip menjaga kesehatan dan tubuh yang telah diamanahkan oleh Allah SWT.
Para ulama dan ahli kesehatan Islam menyarankan agar seseorang tidak membebani dirinya dengan sesuatu yang berpotensi membahayakan kesehatannya.
Oleh karena itu, mayoritas umat Muslim lebih memilih menggunakan transportasi yang lebih konvensional seperti pesawat, yang lebih efisien dan aman.
Selain itu, perjalanan dengan berjalan kaki membutuhkan persiapan logistik yang matang, seperti membawa bekal makanan, air minum, serta menentukan tempat tinggal sementara selama perjalanan.
Para ahli hukum Islam pun mengingatkan bahwa setiap niat dan tindakan sebaiknya disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan masing-masing agar tidak menimbulkan kesulitan atau risiko berlebih.***
Tren berjalan kaki ke Mekkah menjadi perbincangan hangat di media sosial.
Meskipun memiliki nilai ibadah dan pesan moral yang mendalam, umat Islam tetap dianjurkan untuk mempertimbangkan aspek kesehatan dan kesiapan sebelum menjalani perjalanan ini.
Mengutamakan keselamatan dan memilih cara ibadah yang lebih efisien juga merupakan bagian dari ajaran Islam yang penuh rahmat.***