Banjarnegara, serayunews.com
Beberapa sekolah yang dikunjungi dan sudah menjalankan PTM terbatas di antaranya SMKN 1 Bawang, SMPN 1 Purwanegara, dan SMAN 1 Purwareja Klampok. Kunjungan ini dilakukan untuk memastikan pelaksanaan PTM di sekolah sudah sesuai dengan protokol kesehatan yang sudah ditetapkan.
Dalam kunjungan tersebut, wakil bupati yang juga sebagai Plh bupati ini melihat secara langsung prosesi pembelajaran hingga fasilitas pendukung PTM, termasuk melakukan dialog dengan siswa yang ada. Dia juga meminta pihak sekolah menerapkan dan memperketat protokol kesehatan sebagai upaya pencegahan penularan Covid 19 di lingkungan sekolah.
“Kami terus melakukan sosialisasi dan upaya penanganan Covid-19. Kami ingin melihat langsung kehidupan yang nyata. Kami berkoordinasi dengan instansi vertikal SMA dan SMK. Meski ikutnya provinsi, tapi SMA dan SMK ada di Banjarnegara,” katanya.
Pembelajaran di masa Pandemi Covid 19 harus dilaksanakan dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan, anak-anak dan guru harus tetap menggunakan masker.
“Semoga Pembelajaran Tatap Muka seperti biasa bisa terus dilakukan,” katanya.
Sementara itu selama tiga hari pelaksanaan simulasi PTM terbatas di Banjarnegara berjalan dengan lancar. Pantauan di beberapa sekolah, peserta didik sangat antusias karena bisa sekolah lagi, meskipun penuh keterbatasan. Seperti yang terlihat pada tinjauan sebelumnya di SMA Negeri 1 Sigaluh, kegiatan berjalan tanpa kendala berarti. Para siswa tidak menggunakan seragam sekolah seperti biasanya, namun memakai baju bebas rapi dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.
Ketua Gugus Tugas Covid 19 SMA Negeri 1 Sigaluh Heni Purwono mengatakan, secara umum kegiatan simulasi berjalan lancar tanpa kendala berarti.
“Hari ini siswa memakai pakaian bebas karena kita mengantisipasi agar mereka tidak memakai baju seragam OSIS yang kemarin mereka kenakan. Meskipun sudah kita ingatkan berkali-kali untuk memakai baju sekali ganti, namun namanya anak-anak, kita tetap mengantisipasi. Yang terpenting mereka sehat, selamat dan terbiasa dengan SOP pembelajaran tatap muka. Itu target utama dari simulasi ini,” katanya.
Simulasi PTM Terbatas ini akan dilaksanakan selama dua pekan. Hasil evaluasi simulasi ini akan dijadikan bahan pertimbangan dibukanya sekolah untuk PTM secara total.
“Kita akan melakukan simulasi ini sepekan, pekan berikutnya semua anak-anak akan mengikuti Penilaian Tengah Semester dengan model daring murni. Setelah itu kita lakukan simulasi ke dua, lalu evaluasi lagi. Harapannya anak-anak menjadi terbiasa dengan penerapan protokol kesehatan di sekolah,” katanya.
Siswa yang mengikuti simulasi PTM terbatas ini dipilih hanya 20 persen dari jumlah siswa, dengan radius rumah terdekat, menggunakan kendaraan pribadi atau berjalan kaki ke sekolah dan dalam kondisi sehat.