Cilacap, serayunews.com
Di dalam kompleks itu, terdapat sedikitnya 12 makan kuno dengan batu nisan yang bentuknya cukup unik. Batu nisan itu terbuat dari batuan andesit yang dipahat.
“Kompleks makam ini belum bisa dipastikan pada zaman apa, hanya satu batu nisan yang ada tulisan tahun 1841. Kami menduga masih terdapat batu nisan lain yang menuliskan angka lebih tua,” kata Ketua Komunitas Tjilatjap History Riyad Ginanjar Widodo kepada serayunews.com, Jumat (5/11/2021).
Ia menjelaskan, kondisi kompleks makan itu pun cukup terawat. Warga sekitar selalu membersihkan kompleks makam di waktu tertentu. Hanya saja tulisan di sebagian besar batu nisan sudah tak terbaca, lantaran sudah terkikis dan keropos. Sedangkan ukuran dari makam tersebut memiliki lebar 50 cm, panjang 200 cm dan tinggi 40 cm.
“Kalau menurut cerita turun temurun, ini merupakan makam Ngabehi Donan beserta kerabatnya. Soal kepastiannya biar para ahli yang menjawab,” ujarnya.
Riyad menyebutkan, jika mengacu pada Prasasti Salingsingan, disebutkan bahwa pada abad ke sembilan atau masa mataram kuno, di wilayah Donan atau yang saat ini disebut Cilacap telah terdapat peradaban masyarakat pesisir yang didukung oleh sebuah pelabuhan tradisional.
“Peradaban di kota Cilacap sudah dituliskan sejak tahun 880 Masehi, hanya saja tidak ada jejaknya. Kemungkinan besar makam ini menjadi salah satu jejak tertua, selain Benteng Pemdem ataupun bekas pelabuhan lama,” ujarnya.