Orang menyebut S Bagio sebagai pelawak. Pria kelahiran Purwokerto 3 Maret 1933 itu malang melintang di dunia komedi Indonesia. Semua berawal ketika di Yogyakarta. Kuliah di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, tapi Bagio memutuskan untuk tidak menyelesaikan kuliah. Bagio memutuskan menjadi komedian.
Bakatnya memang di dunia mengocok perut. Buktinya, dia sering jadi jawara ajang kocok perut di Yogyakarta. Hal itu membuat Bagio bisa ke Jakarta. Di Jakarta, dia beberapa kali ganti kelompok lawak. Namun, akhirnya yang menonjolkan Bagio adalah saat dia bergabung dengan Diran, Sol Soleh, dan Darto Helm. Nama Bagio mencuat.
Bagio tak hanya melawak di panggung, tapi dia juga menjadi bintang iklan. Dia juga menjadi bintang video klip musik. Bahkan puluhan film dibintangi S Bagio. Bukan hanya film komedi, tapi juga film “serius”. Tahun 1981, menjadi bukti bahwa Bagio adalah seorang aktor.
Di tahun itu, Bagio bermain di film Sang Guru. Dia bermain sebagai seorang guru bernama Topaz. Bagio cukup serius melakonkan diri sebagai seorang guru miskin yang jujur. Pada sebuah adegan di film Sang Guru itu, Bagio juga bisa cukup mengekspresikan kejengkelannya ketika nuraninya dikoyak.
Ketika Pak Guru Topaz diminta mengatrol nilai rapor anak didiknya yang putra orang penting, dia menolaknya. Berkali penekanan dilakukan pada sang guru, tapi guru lurus itu tetap bergeming. Itu hanya secuil adegan yang muncul dalam film Sang Guru. Di film itu, Bagio adu akting dengan Ully Artha, Maruli Sitompul, Rahayu Effendi.
Pengakuan akting Bagio terlihat pada Festival Film Indonesia (FFI) tahun 1982 atau setahun setelah film Sang Guru beredar. Di FFI, Bagio masuk nominasi aktor terbaik. Catat ya, aktor terbaik. Bagio membuktikan bahwa dia bisa total berperan. Sama totalnya ketika dia memilih untuk tak kuliah dan melawak.
Saat FFI 1982, Bagio bersaing dengan nama-nama yang masyur di dunia perfilman. Bagio bersaing dengan Zainal Abidin yang membintangi film Putri Seorang Jenderal dan Mawar Jingga, Deddy Mizwar dalam film Bukan Impian Semusim, Rachmat Hidayat dalam film Tali Merah Perkawinan, dan Piet Burnama dalam film Nila di Gaun Putih.
Para pesaing Bagio itu adalah nama besar di dunia perfilman. Bagio yang dikenal sebagai pelawak mampu menyelip di antara para bintang hebat perfilman. Walau akhirnya Zainal Abidin yang meraih gelar aktor terbaik dalam film Putri Seorang Jenderal, Bagio tak bisa dikesampingkan.
Film Sang Guru adalah puncak dari performa Bagio di dunia perfilman. Setidaknya itulah yang terekam dalam dokumentasi. Sebelum film Sang Guru, Bagio sudah bermain di banyak film. Namun, kebanyakan filmnya masih searah dengan statusnya sebagai seorang pelawak. Tapi di film Sang Guru, Bagio bisa bermain “serius” sebagai tokoh serius.
Rekam jejak Bagio bukan hanya mengharumkan tempat kelahirannya, Purwokerto, tapi Bagio bisa membuktikan bahwa dia multitalenta. Bagio bisa membuktikan bahwa pelawak tak melulu hanya bisa membuat orang tertawa, tapi juga bisa berakting.
Bagio telah berpulang pada 29 Juli 1993 atau saat berusia 60 tahun. Namun, goresan tintanya di dunia komedi dan akting tak akan dilupakan. Bagio bisa menjadi inspirasi banyak orang di Banyumas untuk menjadi sukses dengan kerja keras dan totalitas.