SERAYUNEWS – Simak informasi tentang contoh kultum Ramadhan singkat. Ramadhan bukan cuma soal menahan lapar dan haus, tapi juga momen untuk memperbanyak ibadah dan berbagi ilmu.
Salah satu cara yang sering dilakukan adalah dengan kultum atau kuliah tujuh menit, yang biasanya disampaikan sebelum atau sesudah salat.
Meskipun namanya “kuliah tujuh menit” (kultum), durasinya nggak selalu tepat tujuh menit. Intinya, kultum adalah ceramah singkat yang padat, jelas, dan nggak bertele-tele. Biasanya berkisar antara 5–10 menit, tergantung situasi dan kebutuhan audiens.
Kalau terlalu singkat, bisa jadi pesannya kurang tersampaikan. Tapi kalau kepanjangan, audiens bisa kehilangan fokus, apalagi kalau kultumnya disampaikan sebelum berbuka atau setelah salat Tarawih.
Jadi, yang penting adalah isi kultumnya berbobot, mudah dipahami, dan relevan dengan kondisi jamaah.
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْم
Rasul Saw bersabda:
إنَّمَا الصِّيَامُ جُنَّةٌ يَسْتَجِنُّ بِهَا الْعَبْدُ مِنَ النَّارِ
“Puasa adalah perisai yang dapat melindungi seorang hamba dari api neraka.” (HR. Ahmad dan Baihaqi, dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Shohihul Jami’)
Di sini dapat kita pahami bahwa puasa berfungsi sebagai perisai yang melindungi manusia dari godaan setan dan nafsu.
Setan selalu berusaha menyesatkan manusia dengan menghiasi keburukan agar tampak indah, sedangkan nafsu tidak pernah puas kecuali dengan memperoleh apa yang diinginkannya.
Nah, keburukan nafsu dan setan ini dapat dikendalikan dengan puasa. Dalam kehidupan sehari-hari, puasa membantu membentuk akhlak yang luhur, menumbuhkan ketahanan pribadi, keluarga, bahkan bangsa dan masyarakat.
Mereka yang berpuasa dengan baik akan mampu mengendalikan hawa nafsu dan menjauhi godaan setan. Itu adalah sebagian dari makna sabda Nabi tadi, “puasa adalah perisai”.
Kita harus bisa memanfaatkan puasa untuk menciptakan ketahanan dalam berbagai aspek kehidupan, baik pribadi, keluarga, maupun bangsa dan negara.
Untuk mencapai akhlak yang luhur, kita harus menciptakan suasana yang kondusif dalam keluarga. Peran setiap anggota keluarga sangat penting dalam membangun lingkungan yang baik.
Jika kita menjadikan puasa sebagai momentum untuk meningkatkan akhlak, maka inilah kesempatan terbaik untuk mewujudkan ketahanan dalam keluarga dan bangsa.
Keluarga adalah unit terkecil dalam suatu masyarakat. Setiap anggota keluarga—ayah, ibu, anak—memiliki peran masing-masing dalam menciptakan lingkungan yang baik.
Mari jadikan bulan Ramadhan sebagai waktu yang tepat untuk membangun suasana yang lebih baik, karena akhlak sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar.
Saudara sekalian, Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk selalu berakhlak luhur. Salah satunya adalah dengan membaca dan mengamalkan tuntunan agama dalam keluarga agar semua anggota keluarga memiliki karakter dan kepribadian yang baik.
Jika kita menjadikan Ramadhan sebagai momentum untuk memperbaiki diri, insyaallah dalam 30 hari ini kita akan terbiasa hingga akhirnya akhlak yang luhur menjadi bagian dari kehidupan kita.
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Saudara pemirsa, jika ada seseorang yang kita agungkan dan hormati, biasanya kita menyambutnya dengan kata “marhaban”. Demikian pula ketika bulan Ramadhan datang, kita menyambutnya dengan “marhaban ya Ramadhan”.
Tapi, tahukah Anda apa arti kata “marhaban”? Kata ini berasal dari akar kata yang bermakna luas, lebar, dan lapang.
Jadi, saat kita mengucapkan marhaban ya Ramadhan, itu berarti kita menyatakan bahwa kita menerima bulan Ramadhan dengan hati yang lapang, tanpa keluhan, tanpa rasa berat, karena kita memahami berkah yang dibawanya.
Kata marhaban juga memiliki makna tempat peristirahatan bagi musafir dalam perjalanan panjang. Jika seseorang melakukan perjalanan jauh dan berhenti di suatu tempat untuk beristirahat atau memperbaiki kendaraannya, tempat itu disebut rahbah, yang seakar dengan kata marhaban.
Dengan demikian, saat kita berkata marhaban ya Ramadhan, kita menyatakan bahwa bulan ini adalah waktu untuk mengumpulkan bekal dan memperbaiki diri agar lebih baik di hadapan Allah SWT.
Rasulullah SAW mengingatkan bahwa ada empat hal yang seharusnya diraih oleh setiap Muslim dalam bulan Ramadhan. Dua di antaranya sangat dicintai oleh Allah, dan dua lainnya harus diperjuangkan oleh setiap Muslim.
Dua hal yang disukai Allah adalah memperbanyak syahadat dan memohon ampunan-Nya, sedangkan dua hal lainnya adalah berusaha meraih surga dan menjauhi neraka.
Saudara sekalian, bulan Ramadhan diibaratkan tanah yang subur. Apa pun yang Anda tanam akan tumbuh dengan baik.
Jika Anda menanam kebaikan, maka hasilnya akan berlipat ganda. Namun, jika Anda tidak menanam apa pun, yang tumbuh hanyalah rumput liar yang tidak bermanfaat.
Bulan ini juga bisa diibaratkan sebagai waktu obral pahala. Sayang jika kita tidak mengambil kesempatan ini untuk menabung bekal menuju kehidupan akhirat. Ada malam seribu bulan yang penuh berkah, di mana setiap amal kebaikan dilipatgandakan pahalanya oleh Allah.
Oleh karena itu, jangan menunggu malam-malam terakhir Ramadhan untuk meningkatkan ibadah. Persiapkan diri sejak awal agar kita bisa meraih keutamaan dan berkah yang tersedia sepanjang bulan suci ini.***