SERAYUNEWS – Gangguan tidur pada anak tidak hanya mempengaruhi kualitas istirahat mereka, tetapi juga berpengaruh pada perkembangan fisik dan mental.
Agar meminimalisir hal tersebut, Anda mesti mengetahui deretan gangguan tidur yang bisa menyerang anak. Sehingga, Anda bisa melakukan penanganan yang tepat.
Anak-anak dengan ADHD sering mengalami masalah tidur. Salah satu penyebabnya adalah pelepasan melatonin yang tertunda.
Melatonin adalah hormon yang mengatur siklus tidur, dan pada anak ADHD, produksinya sering terlambat, menyebabkan mereka kesulitan tidur pada waktu yang sesuai.
Selain itu, obat-obatan untuk ADHD juga dapat memiliki efek samping yang mengganggu tidur, seperti sulit tidur atau bangun terlalu dini.
Akibatnya, banyak anak ADHD yang tidak mendapatkan istirahat cukup, yang justru dapat memperburuk gejala ADHD mereka.
Night terrors, atau teror malam, adalah gangguan tidur yang sering terjadi pada tahap tidur dalam (non-REM).
Anak yang mengalami night terrors biasanya bangun mendadak dengan rasa panik, berteriak, atau menangis, tetapi sebenarnya mereka masih tertidur.
Pada kondisi ini, anak sulit dibangunkan dan mungkin tidak mengingat kejadian tersebut di pagi harinya.
Teror malam bisa membuat orang tua cemas, tetapi biasanya tidak berdampak buruk bagi anak dalam jangka panjang.
Night waking adalah ketika anak terbangun berulang kali di malam hari. Banyak bayi dan balita yang mengalami masalah ini karena pola tidur mereka masih berkembang.
Namun, jika berlanjut hingga usia sekolah, night waking bisa mengganggu aktivitas harian anak. Penyebabnya beragam, mulai dari ketidaknyamanan fisik hingga kecemasan.
Orang tua bisa membantu dengan menciptakan rutinitas tidur yang nyaman agar anak merasa aman saat tidur.
Mimpi buruk atau nightmares adalah hal yang umum terjadi pada anak-anak, terutama ketika mereka mulai memahami konsep rasa takut.
Anak yang mengalami mimpi buruk sering terbangun dengan perasaan takut atau cemas. Mimpi buruk ini biasanya terjadi selama tidur REM, dan anak mungkin dapat mengingat mimpi tersebut dengan jelas.
Untuk mengatasinya, orang tua dapat memberikan rasa nyaman dengan menemani anak hingga ia merasa aman.
Somnambulism, atau berjalan sambil tidur, merupakan gangguan tidur yang terjadi saat anak berada di tahap tidur non-REM.
Anak yang mengalami somnambulism mungkin bangun dari tempat tidur dan berjalan-jalan tanpa sadar, lalu kembali tidur tanpa ingat kejadian tersebut.
Meskipun biasanya tidak berbahaya, sleepwalking bisa menempatkan anak dalam situasi berisiko, seperti berjalan ke luar ruangan.
Orang tua bisa memastikan area tempat tidur aman dan mengunci pintu untuk menjaga keselamatan anak.
Sleep refusal terjadi ketika anak menolak untuk tidur meskipun sudah lelah. Penyebabnya bisa beragam, seperti kecemasan, ketakutan akan tidur sendiri, atau kebiasaan tidur yang belum teratur.
Anak yang mengalami sleep refusal sering kali menunda tidur dengan berbagai alasan.
Orang tua bisa mengatasi sleep refusal dengan menerapkan rutinitas tidur yang konsisten serta menciptakan lingkungan tidur yang tenang dan nyaman.
Demikian gangguan tidur yang bisa menyerang anak, lengkap dengan alasan mengapa anak ADHD sering mengalaminya. Semoga informasi ini bermanfaat untuk Anda.***