SERAYUNEWS – Dalam pelaksanaan ibadah salat berjamaah, umumnya seorang imam akan mengeraskan suara saat membaca surah di dua rakaat pertama.
Namun, terdapat perbedaan dalam cara Imam mengucapkan bacaan pada salat Zuhur dan Asar.
Kedua waktu salat ini berlangsung bacaan senyap, berbeda dengan Magrib, Isya, dan Subuh di mana bacaan Imam terdengar jelas.
Lalu, mengapa pada salat Zuhur dan Ashar imam tidak bersuara?
Dalam kitab Al-Muntaqo Syarah Muwatho, hukum mengeraskan atau melirihkan suara dalam salat adalah sunah.
Menurut Sayyid Sabiq dalam bukunya Fiqih Sunnah, jika seorang imam dalam salat berjamaah Zuhur dan Asar tidak sengaja membaca Al-Fatihah dan surah lain dengan suara keras, tetap sah dan tidak membatalkan.
Demikian pula, jika imam membaca dengan pelan pada saat Magrib, Isya, atau Subuh, salat tersebut tetap sah.
Namun, jika ia teringat, sebaiknya mengubah cara bacaannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Dengan kata lain, ia harus pelan saat membaca bacaan yang seharusnya lirih, atau mengeraskan suara pada bacaan yang seharusnya keras.
Dalam buku Sifat Shalat Nabi SAW karya Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, dijelaskan bahwa salah satu alasan imam tidak mengeraskan suara saat melaksanakan sholat Dzuhur dan Ashar adalah untuk mengikuti sunnah yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw.
1. Teladan dari Rasulullah saw.
Nabi Muhammad saw. mencontohkan sholat Zuhur dan Asar dengan membaca surah Al-Fatihah dan surah lain dengan suara pelan (sirr), bukan dengan suara keras (jahr).
Beliau juga melirihkan bacaan pada rakaat terakhir salat Magrib dan pada rakaat ketiga serta keempat salat Isya.
Tindakan ini merupakan hasil ijma para ulama yang merujuk kepada hadis dan atsar yang ada.
Salah satu hadts yang mendukung ini tercantum dalam riwayat Bukhari, di mana Abu Ma’mar Abdullah bin Sakhbarah bertanya kepada sahabat Khabbab bin Arats mengenai cara Nabi membaca dalam salat Zuhur dan Asar.
Khabbab menjawab, “Ya, beliau membaca. Kami mengetahui hal itu dari gerakan jenggotnya. ” (HR Bukhari).
Teladan salat Rasulullah saw. hendaknya diikuti oleh umat Islam, sebagaimana beliau bersabda:
صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي
Arti: “Salatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku salat. ” (HR Bukhari dan ad-Darimi).
2. Dilakukan pada Waktu Sibuk
Mengutip informasi dari laman Nahdlatul Ulama (NU) online, dalam kitab I’anah at-Thalibin, bacaan salat Zuhur dan Asar sebaiknya dengan suara pelan karena berlangsung pada siang hari, di mana banyak orang berkumpul dan suasana menjadi lebih sibuk.
Situasi ini menjadikan waktu siang kurang nyaman untuk berdoa. Sebaliknya, salat di malam hari, seperti Magrib, Isya, dan Subuh, sebaiknya dengan suara keras karena merupakan waktu lebih tenang (khalwat).
Pada waktu tersebut, sebaiknya mengeraskan bacaan Al-Fatihah dan surah lain agar dapat merasakan kedekatan dalam bermunajat kepada Allah.
Kedua rakaat pertama dalam salat tersebut juga dengan suara lebih keras, mengingat semangat yang biasanya lebih tinggi dalam melaksanakan salat di bagian-bagian awal.
Demikian alasan imam tidak bersuara saat salat Zuhur dan Asar. Semoga bermanfaat.