SERAYUNEWS – Apa alasan Pestapora putus kontrak dengan PT Freeport? Festival musik Pestapora 2025 yang tengah berlangsung di Jakarta mendadak jadi sorotan publik.
Bukan karena penampilan musisi atau semaraknya panggung hiburan, melainkan karena keputusan mengejutkan pihak penyelenggara untuk memutus kerja sama dengan PT Freeport Indonesia (PTFI).
Keputusan ini diumumkan secara resmi pada Sabtu, 6 September 2025, dan berlaku mulai hari kedua hingga ketiga acara, yakni 6 dan 7 September.
Langkah tersebut memunculkan banyak pertanyaan dari penonton maupun masyarakat luas: apa sebenarnya alasan Pestapora berani mengambil keputusan besar ini di tengah jalannya festival?
Sejak awal, keberadaan logo PT Freeport Indonesia di area venue Pestapora memicu perbincangan hangat. Beberapa penonton mengaku heran melihat perusahaan tambang tersebut menjadi sponsor sebuah festival musik anak muda.
Di media sosial, akun resmi Pestapora juga kebanjiran komentar publik yang mempertanyakan urgensi kerja sama itu.
Salah satu warganet menulis, “Tim sponsorship Pestapora kenapa bisa nyasar ke brand itu ya?”. Komentar lain menyebutkan, “Lumayan heran tadi liat logo PTFI di venue. Urgensinya mereka apa nyeponsorin Pestapora?”
Respon kritis publik semakin menguat ketika beberapa band yang masuk dalam line up memutuskan mundur. Hal ini membuat tekanan terhadap penyelenggara semakin besar, hingga akhirnya keputusan pemutusan kontrak diumumkan.
Selain mundurnya band-band tersebut, muncul pula spanduk bertuliskan “Tembaga Ikutan Berpestapora” di lokasi acara.
Tulisan itu dianggap sebagai bentuk sindiran yang menyinggung keterlibatan perusahaan tambang di festival musik.
Spanduk ini diduga menjadi salah satu pemicu semakin derasnya desakan agar Pestapora segera mengambil sikap tegas.
Dalam pernyataannya, pihak Pestapora menegaskan bahwa pemutusan kerja sama dengan PT Freeport Indonesia dilakukan untuk menjaga integritas festival serta menghormati keputusan sejumlah musisi yang memilih mundur.
Penyelenggara menyebut bahwa mereka ingin memastikan Pestapora tetap menjadi ruang aman, meriah, dan inklusif bagi seluruh pihak, tanpa ada gesekan akibat isu sponsorship.
Keputusan ini menuai respons beragam. Sebagian publik mengapresiasi langkah berani penyelenggara, sementara sebagian lain menilai pemutusan kontrak mendadak bisa merugikan jalannya festival.
Namun, bagi para musisi dan penonton yang menolak kehadiran Freeport, langkah ini dianggap sebagai kemenangan bersama.
Sejumlah band menyatakan mundur dengan alasan moral dan solidaritas. Mereka menyebut bahwa keterlibatan Freeport tidak sejalan dengan prinsip kemanusiaan yang mereka junjung.
Beberapa di antaranya adalah Durga, Negatifa, dan Leipzig, yang lebih dulu menyatakan tidak jadi tampil. Band lain ikut menyusul seperti Sukatani, The Jeblogs, Kelelawar Malam, Rekah, Xin Lie, Ornament, Rragband, dan Centra.
Yang cukup mencuri perhatian adalah Rebellion Rose, band punk rock asal Yogyakarta. Mereka tetap naik panggung, namun bukan untuk bernyanyi seperti biasa.
Sebaliknya, mereka melakukan orasi, turun ke penonton, mengembalikan honor, dan menutup penampilan dengan sesi akustik sederhana bersama para penggemar. Aksi ini disebut sebagai bentuk sikap politik dan solidaritas mereka terhadap isu Papua.
Dengan demikian, alasan utama Pestapora 2025 memutus kerja sama dengan PT Freeport Indonesia adalah karena sikap protes sejumlah band, hingga kontroversi yang berkembang sejak sebelum acara dimulai.***