SERAYUNEWS – Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi salah satu fokus penanganan yang dihadapi Pemkab Banyumas. Sejumlah kebijakan dan program dirancang Pemkab sebagai upaya menekan angka kasus tersebut.
Wakil Bupati Banyumas Dwi Asih Lintarti menyampaikan, penurunan angka AKI dan AKB menjadi salah satu fokus program Pemkab, khusunya dalam bidang kesehatan. Kedudukan pemerintah adalah dalam hal regulasi dan kebijakan alokasi anggaran.
“Anggaran untuk AKI dan AKB ada Rp1.148.220.500 ini berasal dari beberapa sumber, anggaran itu untuk mendukung capaian SPM (Standar Pelayanan Minimal), bidang kesehatan,” kata Wabup Lintarti, Jumat (20/06/2025).
AKI dan AKB yang cukup tinggi membuat Pemerintah Kabupaten Banyumas terus menerus mencari terobosan untuk menurunkan kasus tersebut.
Mengatasi kasus tersebut, hasil dilakukan dari hulu sampai hilirnya. Jadi langkah-langkah preventif dilakukan sejak pra nikah, saat hamil, sampai melahirkan.
Dijelaskan Lintarti bahwa selama ini sudah berjalan program kehamilan sehat ditingkat masyarakat. Dilakukan skrining layak hamil pada usia subur, dan kelas calon pengantin disetiap kecamatan. Ada juga program Denmas Slamet, adalah akronim dari Deteksi Dini Nang Masyarakat Ben Slamet.
“Salah satu faktor kematian ibu hamil dan bayi adalah jarak tempuh dengan fasilitas kesehatan. Maka di Trilas Program bersama Pak Sadewo, kami mengagas untuk setiap puskesmas ada fasilitas rawat inap, tujuannya untuk mendekatkan fasilitas kesehatan di masyarakat,” katanya.
Bicara AKI dan AKB secara menyeluruh dari hulu sampai hilir, lanjut Lintarti, harus ada kerjasama lintas sektokran. Maka keterlibatan stakeholder sangat dibutuhkan.
Upaya preventif maka perlu menggandeng Kemenang untuk mengedukasi calon pengantin. Kemudian masalah anemia kita mengundang Dindikbud antara puskesmas dengan sekolahan agar bisa saling berkoordinasi, serta nantinya akan dapat menekan angka kematian ibu.
Berdasarkan Data di Dinkes Kabupaten Banyumas, kasus AKI sejak Januari-Juni 2025 tercatat ada 9 kasus. Sedangkan tahun 2024, ada 18 kasus. Sedangkan untuk AKB tahun 2024 tercatat 229, dan untuk tahun 2025 sampai bulan Mei tercatat 100 kasus.