SERAYUNEWS – Menindaklanjuti kegiatan Seminar Antar Bangsa Kesejarahan Guru Sejarah Indonesia-Malaysia di Kuala Lumpur, Malaysia tahun 2018 silam, Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) kembali merencanakan kegiatan serupa di Brunei Darussalam tahun ini. Kegiatan tersebut sekaligus sebagai upaya menggagas terbentuknya Perkumpulan Guru Sejarah se Asia Tenggara.
Hal itu disampaikan Presiden AGSI Sumardiansyah Perdana Kusuma ketika bertemu dengan Pengurus Persatuan Guru Sejarah dari Negara Brunei Darussalam, Haji Yahya, Haji Mustafa dan Brandon, Kamis (27/6/2024) di The Brunei Hotel, Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam.
“Hasilnya positif, kami sudah berdiskusi dan bersepakat untuk mengadakan kegiatan kunjungan, seminar antarbangsa, serta menggagas perkumpulan Guru Sejarah Se-Asia Tenggara. InsyaAllah bulan depan terlaksana,” kata Sumardiansyah.
Sedianya, tambah Sumardiansyah, ke depan akan terlibat juga perwakilan Malaysia, Singapore, Filipina, Thailand untuk menyukseskan kegiatan tersebut.
Ketua Departemen Kerja Sama Dalam dan Luar Negeri AGSI Merry Hamraeny mengungkapkan sedianya kegiatan seminar akan dilaksanakan bulan Juni, hanya saja ditunda sampai Juli mendatang.
“Tahun 2018 sekitar 30 guru sejarah dengan biaya mandiri berkegiatan di Malaysia. Tahun ini kita harapkan jumlahnya meningkat. Selain menambah jejaring, ini juga bentuk komitmen guru-guru sejarah untuk terus meningkatkan kompetensi,” jelas guru sejarah SMAN 10 Palembang itu.
Ketua AGSI Jawa Tengah Heni Purwono yang juga guru sejarah SMAN 1 Sigaluh Kabupaten Banjarnegara menyatakan mendukung gagasan terbentuknya Perkumpulan Guru Sejarah Se Asia Tenggara. Menurutnya sebagai saudara serumpun kesamaan persepsi guru sejarah perlu dibangun untuk menyusun narasi sejarah yang utuh.
“Kita berharap ajang tersebut terlaksana, sebagai sarana silaturahmi antar bangsa sekaligus tukar pikiran untuk memajukan pendidikan di kawasan Asia Tenggara,” kata Heni Purwono.
Jika perkumpulan tersebut terbangun maka bisa memperkaya khasanah kesejarahan antarnegara di Asia Tenggara. Sehingga bisa menguntungkan bagi tiap negara terkait penggalian kesejarahan bangsa.