SERAYUNEWS – Simak aturan puasa Katolik 2025. Umat Katolik memasuki masa Prapaskah 2025 pada hari Rabu, 5 Maret 2025.
Masa Prapaskah diawali dengan perayaan Rabu Abu, yang menjadi momen penting bagi umat Katolik untuk memulai refleksi spiritual melalui doa, pertobatan, dan pengorbanan diri.
Salah satu bentuk pengorbanan yang dianjurkan selama masa ini adalah menjalankan puasa dan pantang. Meskipun setiap tahun melaksanakan puasa dan pantang, tapi masih banyak
Namun, bagaimana sebenarnya aturan puasa dalam tradisi Katolik? Berapa kali dalam sehari diperbolehkan makan, dan apakah minum masih diperbolehkan selama berpuasa?
Dalam ajaran Gereja Katolik, puasa adalah bentuk disiplin rohani yang bertujuan untuk mengendalikan diri dan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan.
Berdasarkan Kitab Hukum Kanonik (KHK 1251-1252), umat Katolik diwajibkan untuk berpuasa dan berpantang pada dua hari penting, yakni Rabu Abu dan Jumat Agung.
Selain itu, umat juga dianjurkan untuk menjalankan pantang selama seluruh masa Prapaskah, terutama pada hari Jumat.
Menurut aturan yang ditetapkan oleh Gereja Katolik, puasa berarti hanya makan satu kali dalam sehari. Berdasarkan panduan APP Keuskupan Agung Semarang, puasa adalah menolak semua kesenangan dan jumlah makan.
Pastikan hanya makan sekali dalam sehari dan tidak menikmati kesenangan yang lain. Umat yang menjalankan puasa tetap diperbolehkan untuk minum, baik itu air putih maupun minuman lainnya yang tidak membuat cepat kenyang.
Umat tetap boleh minum teh tanpa gula, atau minuman lain yang tidak mengandung kalori berlebihan.
Aturan puasa dan pantang dalam Gereja Katolik memiliki batasan usia. Berikut ketentuannya:
Pantang dalam tradisi Katolik berarti menghindari atau tidak mengonsumsi makanan tertentu sebagai bentuk pengorbanan. Umat Katolik melakukan pantang tidak makan daging setiap hari Jumat selama masa Prapaskah.
Namun, setiap keluarga atau individu dapat menentukan sendiri bentuk pantangan lain yang sesuai, seperti tidak mengonsumsi makanan favorit, tidak minum kopi, tidak jajan atau mengurangi penggunaan media sosial.
Selama puasa dan pantang Katolik, dapat diupayakan agar menghindari konsumsi camilan. Dengan begitu, bisa bermatiraga dengan sungguh-sungguh.
Puasa dan pantang pada Prapaskah bukan sekadar menahan lapar, tetapi juga sebagai latihan rohani untuk mempersiapkan hati menyambut Paskah.
Puasa dan pantang bukan hanya sekadar aturan yang harus ditaati, tetapi lebih kepada bentuk spiritualitas yang mendekatkan umat dengan Tuhan.
Dengan menahan diri dari makanan dan kebiasaan tertentu, umat Katolik diajak untuk semakin mengandalkan kekuatan rohani, memperbanyak doa, serta berbuat amal kasih kepada sesama.
Masa Prapaskah adalah waktu untuk refleksi, pertobatan, dan persiapan menyambut Paskah, yang merupakan puncak dari seluruh perayaan iman Katolik. Melalui puasa dan pantang, umat Katolik diajak untuk membersihkan hati dan memusatkan perhatian kepada kehendak Tuhan.
Dengan memahami aturan puasa Katolik, umat diharapkan dapat menjalankannya dengan penuh kesadaran dan ketulusan, sehingga masa Prapaskah menjadi waktu yang benar-benar membawa pembaruan iman dan kehidupan rohani.
***