SERAYUNEWS- Dalam pelaksanaan Shalat Idul Adha, peran Bilal atau Muazin memiliki kekhususan tersendiri yang membedakannya dari hari-hari biasa.
Tidak seperti salat lima waktu yang awalannya dengan azan dan iqamah, Shalat Idul Adha justru tidak menggunakan keduanya. Sebagai gantinya, bilal menyerukan seruan khusus berupa “Ash-shalāta(u) jāmi‘ah.”
Seruan kalimat “Ash-shalātu jāmi‘ah” ini sebagai bentuk ajakan untuk melaksanakan salat berjamaah. Hal ini berdasarkan hadits sahih riwayat Imam Bukhari, Muslim, dan Abu Dawud. Ibnu Abbas RA meriwayatkan:
“Aku menghadiri salat Id bersama Rasulullah SAW, Abu Bakar, Umar, dan Utsman RA. Mereka semua melaksanakan salat Id sebelum khutbah tanpa adzan dan iqamah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Melansir laman resmi milik Nahdhatul Ulama, Imam An-Nawawi menjelaskan, hadits tersebut juga berdasarkan riwayat Imam Abu Dawud dan riwayat Az-Zuhri.
Menurut Az-Zuhri, sunnahnya hanyalah seruan “ash-shalātu jāmi‘ah” sebagai ajakan berjamaah. Pandangan ini terdapat dalam Kitab Al-Muhadzdzab karya Imam Asy-Syairazi dan syarahnya, Al-Majmu’ karya Imam An-Nawawi (Jilid V, hlm. 17).
Berikut ini susunan seruan dan tugas Bilal atau muazin saat pelaksanaan salat Idul Adha:
1. Seruan Awal Sebelum Salat
Bilal mengumandangkan:
الصَّلَاةَ جَامِعَة ×٣
صَلُّوْا سُنَّةً لِعِيدِ الْأَضْحَى رَكْعَتَيْنِ جَامِعَةً رَحِمَكُمُ اللهُ
Ash-shalāta jāmi‘ah (3x). Shallū sunnatan li ‘Īdil-Aḍḥā rak‘ataini jāmi‘ah, rahimakumullāh.
Artinya: “(Marilah) salat berjamaah. Laksanakan salat sunah Idul Adha dua rakaat secara berjamaah, semoga Allah merahmati kalian.”
2. Imam Menuju Mihrab
Setelah seruan tersebut, imam langsung berdiri menuju tempat salat untuk memulai salat Id.
3. Pelaksanaan Salat Idul Adha
Salat Id terdiri dari dua rakaat.
Rakaat pertama mulai dengan takbiratul ihram, kemudian 7 takbir, dan rakaat kedua dengan 5 takbir.
Setelah tiap takbir, dianjurkan membaca:
سُبْحَانَ اللَّهِِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِِ وَلَا إلَهَ إلَّااللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ
“Mahasuci Allah, segala puji bagi Allah, tiada Tuhan selain Allah, Allah Maha Besar.”
Niat Salat Idul Adha:
أُصَلِّيْ رَكْعَتَيْنِ سُنَّةً لعِيْدِ اْلأَضْحَى (مَأْمُوْمًاإِمَامًا) للهِ تَعَــــــــالَى.
Ushalli sunnatan li ‘īdil adhā rak‘ataini (imāman/makmūman) lillāhi ta‘ālā.
Artinya: “Saya niat salat sunah Idul Adha dua rakaat sebagai imam/makmum karena Allah Ta’ala.”
4. Seruan Bilal Setelah Salat Idul Adha
Setelah salam, Bilal berdiri menghadap jamaah dan menyampaikan:seruan:
يَا مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِينَ وَزُمْرَةَ الْمُؤْمِنِينَ رَحِمَكُمُ اللَّهُ. اعْلَمُوا أَنَّ يَوْمَكُمْ هَذَا يَوْمُ الْعِيدِ الْأَكْبَرِ فَتَقَرَّبُوا إِلَى اللهِ فِي النَّحْرِ
Yā ma‘āsyiral-muslimīn wa zumratal-mu’minīn rahimakumullāh. I‘lamū anna yaumakum hādzā yaumul-‘īdi al-akbar, fataqarrabū ilallāhi fin-nahr.
Artinya, “Wahai kaum Muslimin dan golongan orang-orang beriman, semoga Allah merahmati kalian. Ketahuilah bahwa hari ini adalah Hari Raya yang paling agung, maka dekatkanlah diri kalian kepada Allah dengan berkurban.”
وَإِذَا صَعِدَ الْخَطِيبُ عَلَى الْمِنْبَرِ, أَنْصِتُوا وَاسْمَعُوْا وَأَطِيعُوْا رَحِمَكُمُ اللهُ, أَنْصِتُوا وَاسْمَعُوْا وَأَطِيعُوْا رَحِمَكُم اللهُ, أَنْصِتُوا وَاسْمَعُوْا وَأَطِيعُوْا رَحِمَكُم الله
Wa idzā sha‘idal-khatību ‘alal-minbar, anṣitū wasma‘ū wa atī‘ū rahimakumullāh (3x).
Artinya, “Dan apabila khatib telah naik ke mimbar, diamlah, dengarkanlah, dan taatilah, semoga Allah merahmati kalian (diulang 3x).”
5. Bilal Membaca Shalawat dan Doa
Setelah imam naik ke mimbar, Bilal menyerahkan tongkat kepada khatib dan membaca:
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّد . اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّد . اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلَّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
Allāhumma ṣalli ‘alā Sayyidinā Muhammad. Allāhumma ṣalli ‘alā Sayyidina Muhammad. Allāhumma ṣalli wa sallim ‘alā Sayyidinā Muhammad wa ‘alā āli Sayyidinā Muhammad
Artinya, “Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada junjungan kami Nabi Muhammad. Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada junjungan kami Nabi Muhammad. Ya Allah, limpahkanlah shalawat dan salam kepada junjungan kami Nabi Muhammad dan kepada keluarga beliau.”
اللَّهُمَّ قَوَ الْإِسْلَامَ مِنَ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَانْصُرْهُمْ عَلَى مُعَائِدِ الدِّينِ يَارَبِّ اخْتِمْ لَنَا مِنْكَ بِالْخَيْرِ وَيَا خَيْرَ النَّاصِرِينَ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ
Allāhumma qawwil-islāma wal-muslimīn wal-muslimāt wal-mu’minīn wal-mu’mināt, wanshurhum ‘alā mu‘ādid-dīn. Yā Rabb ikhtim lanā minka bil-khair, wa yā khairan-nāṣirīn, bi-rahmatika yā Arhamar-Rāhimīn.
Artinya, “Ya Allah, kuatkanlah Islam dan kaum Muslimin, baik laki-laki maupun perempuan, dan orang-orang beriman laki-laki maupun perempuan. Tolonglah mereka atas musuh-musuh agama. Ya Tuhan kami, akhirilah hidup kami dengan kebaikan dari sisi-Mu. Wahai sebaik-baik penolong, dengan rahmat-Mu wahai Tuhan Yang Maha Penyayang dari segala penyayang.”
6. Khatib Menyampaikan Khutbah Pertama dan Kedua
Setelah shalawat dan doa, khutbah pertama mulai berlangsung. Saat khatib duduk di antara dua khutbah, Bilal kembali membaca shalawat:
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
“Ya Allah, limpahkan shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya.”
Kemudian khatib melanjutkan dengan khutbah kedua.
7. Takbir Penutup
Setelah seluruh rangkaian khutbah selesai, Bilal mengumandangkan takbir sebagai penutup:
اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ، لَا إِلٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ
“Allah Maha Besar (3x), Tiada Tuhan selain Allah dan Allah Maha Besar. Segala puji bagi Allah.”
Bilal atau muazin dalam salat Idul Adha menjalankan tugas penting sebagai penyampai seruan salat dan pengantar khutbah.
Meskipun tidak ada adzan dan iqamah, Bilal tetap membimbing jamaah melalui kalimat-kalimat ajakan dan doa yang kaya makna. Tradisi ini menunjukkan kekayaan khazanah Islam dalam merayakan momen agung Idul Adha dengan khidmat dan penuh keberkahan.