SERAYUNEWS- Sejak awal 2025, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) bersama Badan Kepegawaian Negara (BKN) resmi meluncurkan sistem pengelolaan kinerja guru berbasis Platform Merdeka Mengajar (PMM).
Sistem ini terintegrasi dengan e-Kinerja BKN dan mereka rancang untuk menjadi instrumen pemantau kinerja yang lebih modern, terukur, serta fokus pada peningkatan kualitas pembelajaran.
Hadirnya sistem ini membawa harapan baru bagi peningkatan profesionalisme guru di Indonesia.
Berbagai tanggapan positif muncul dari para guru dan kepala sekolah, meskipun sejumlah tantangan juga masih perlu diperhatikan agar penerapannya benar-benar berjalan efektif di seluruh daerah.
Lalu, bagaimana Kesan Ibu/Bapak Guru Mengenai Sistem Pengelolaan Kinerja Terbaru? Berikut kami sajikan ulasan selengkapnya melansir berbagai sumber:
Banyak guru merasa sistem pengelolaan kinerja berbasis PMM jauh lebih praktis dari pada metode sebelumnya.
Jika dulu penilaian kinerja harus diisi dua kali setiap semester secara manual, kini prosesnya cukup dilakukan satu kali dalam setahun melalui verifikasi digital yang terhubung langsung dengan kepala sekolah atau pejabat terkait.
Langkah ini dinilai mengurangi beban administratif yang selama ini cukup menyita waktu dan tenaga guru.
Sekretaris Ditjen GTK, Temu Ismail, menyebut penyederhanaan prosedur ini memungkinkan guru lebih fokus pada tugas utama mereka, yaitu meningkatkan kualitas pembelajaran dan capaian peserta didik.
Selain itu, proses verifikasi berbasis digital juga mengurangi risiko data ganda atau kesalahan administratif yang kerap muncul dalam sistem manual.
Sistem PMM juga menghadirkan mekanisme penilaian yang lebih adil dan berbasis bukti.
Misalnya, capaian guru tidak hanya diukur dari pangkat atau golongan, tetapi juga dari hasil nyata di kelas, inovasi pembelajaran, dan peningkatan hasil belajar siswa.
Rut Pratiwi, guru SDN Cawang 04, menuturkan bahwa penilaian kini terasa lebih objektif karena terintegrasi dengan Rapor Pendidikan dan data kinerja guru secara keseluruhan.
Integrasi ini mempermudah proses refleksi diri, sehingga guru dapat merancang langkah perbaikan yang lebih tepat sasaran.
Sistem berbasis data ini juga mendorong transparansi, di mana setiap guru dapat melacak rekam jejak kinerja mereka secara terbuka dan valid.
Tak hanya sekadar mempermudah administrasi, sistem PMM juga menekankan pentingnya pemberdayaan guru.
Fitur-fitur PMM mendukung pemetaan capaian guru secara lebih rinci, termasuk inovasi pembelajaran, adaptasi kurikulum Merdeka Belajar, dan praktik-praktik terbaik di tingkat sekolah.
Kepala sekolah di wilayah Pekalongan, misalnya, menyebut platform ini sangat membantu mereka dalam memfasilitasi diskusi reflektif bersama guru.
Guru bisa mengidentifikasi kekuatan, tantangan, dan peluang peningkatan secara kontekstual sesuai karakteristik peserta didik.
Proses ini dinilai memperkuat profesionalisme guru karena membuka peluang pengembangan diri secara berkelanjutan dan mendorong kolaborasi antarpendidik.
Pada tahap awal implementasi, tidak sedikit guru sempat merasa ragu. Ada kekhawatiran bahwa sistem baru justru menambah beban administrasi, mengingat pengalaman pengelolaan dokumen kinerja di masa lalu yang terkesan rumit dan memakan waktu.
Namun, pemerintah melakukan upaya sosialisasi intensif melalui berbagai kanal, seperti webinar, SAPA GTK, pelatihan daring, hingga pendampingan langsung.
Hasilnya, persepsi negatif perlahan bergeser setelah para guru memahami cara kerja sistem ini.
Banyak guru sekarang menyadari bahwa PMM justru mempermudah proses penilaian kinerja, lebih ramah pengguna, dan berdampak positif terhadap kualitas pembelajaran di kelas.
Walau mayoritas guru menilai sistem ini positif, beberapa catatan penting tetap muncul, terutama terkait akses teknologi.
Guru-guru di daerah terpencil terkadang menghadapi kesulitan dalam mengakses jaringan internet yang stabil atau belum memiliki perangkat memadai untuk menjalankan platform PMM secara optimal.
Selain itu, literasi digital juga menjadi tantangan. Guru-guru yang belum terbiasa dengan penggunaan aplikasi daring membutuhkan pelatihan tambahan agar bisa memanfaatkan fitur PMM dengan maksimal.
Pemerintah diharapkan terus memperluas pendampingan dan memperkuat infrastruktur digital, agar semua guru di seluruh pelosok Indonesia dapat menikmati manfaat sistem ini secara merata.
Secara keseluruhan, kesan ibu/bapak guru terhadap sistem pengelolaan kinerja terbaru berbasis PMM sangat positif.
Penyederhanaan proses, transparansi data, serta pendekatan reflektif dianggap mampu mendukung guru untuk menampilkan praktik mengajar terbaiknya, dari perencanaan hingga evaluasi pembelajaran.
Sistem ini tidak hanya mempermudah urusan administratif, tetapi juga menegaskan peran guru sebagai pendidik profesional yang berdampak langsung terhadap mutu pendidikan.
Meski demikian, keberhasilan sistem ini tetap memerlukan dukungan semua pihak, termasuk pemerintah daerah, satuan pendidikan, serta kolaborasi aktif komunitas guru.
Peningkatan literasi digital dan pemenuhan infrastruktur teknologi juga menjadi kunci agar transformasi pengelolaan kinerja guru benar-benar berjalan optimal demi generasi Indonesia yang lebih maju.