SERAYUNEWS– Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia (KLHK), Siti Nurbaya, memberi penghargaan kepada enam bank sampah terbaik. Ada dua kategori, yaitu bank sampah unit dan bank sampah induk.
Untuk bank sampah unit, Bank Sampah Mandiri Cilacap meraih penghargaan terbaik pertama disusul Bank Sampah Akademi Kompos Jakarta Selatan, dan Bank Samoah Kuantan Bersih Tanjung Pinang, Kepulauan Riau.
Tentu, hal ini sangat membanggakan, perjuangan panjang mendapatkan pengakuan nasional. Berikut sekelumit kisah yang harapannya bisa memberi inspirasi bersama.
Dirintis sejak 2011 dan resmi didirikan 2015, bank sampah ini awalnya beranggotakan puluhan orang. Namun, kini Bank Sampah Mandiri telah berkembang dan mempunyai 400 orang lebih nasabah warga kampung setempat.
Dari 400 orang, 50 orang aktif menjadi penggerak dan pengurus bank sampah. Semua kegiatan sejak 2021 berpusat di Taman Edukasi Ketapang.
Aktivitas berlangsung di Taman Ketapang, mulai dari produksi sabun, sampo lerak, kolam lele, kerajinan berbahan sampah anorganik sampai produksi magot.
Mereka juga membuat urban farming berupa pengelolaan kebun hidroponik. Selain itu, ada produksi lilin dan mijel, rumah pintar, rumah laundry, INEL kreatif, kampung proklim, outing class, Sweet Garden Training, dan kuliner tradisional.
Semua itu tercapai berkat perjuangan panjang. Dulunya Kelurahan Kebonmanis merupakan kampung kumuh, penuh sampah, dan menjadi langganan banjir. Di sini juga banyak pengangguran.
Mohamad Nurhidayat, inisiator sekaligus Direktur Bank Sampah Mandiri, mulai menggalang tokoh-tokoh masyarakat untuk membuat bank sampah.
Nurhidayat menerima penolakan bahkan ancaman kekerasan, karena istilah bank sampah masih belum dipahami.
Nurhidayat dengan penuh kesabaran memberikan sosialisasi konsep bank sampah. Setelah itu, akhirnya warga bersepakat di tahun 2015, mendirikan secara resmi Bank Sampah Mandiri Edukasi.
Kemudian, mereka mulai melakukan kemitraan dengan pihak luar. Sejak 2018, mereka dipercaya UPT PLN Purwokerto sebagai mitra program Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL).
Mulai dengan mengelola program Kampung Ramah Lingkungan (Ecobricks), kemudian kampung ini menjadi Kampung Iklim Utama oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) di tahun 2020.
Dari berbagai usaha yang berkembang, banyak pengangguran terserap mulai dari menjadi pengelola bank sampah, penjaga warung sampah, pengelola kebun hidroponik dan lainnya.
Sebagian anak muda juga menjadi pemandu dan pendamping ketika ada kunjungan studi banding menuju ke Taman Ketapang.
Di sini, sampah, dari masalah menjadi berkah. Semua karena ikhtiar tiada henti. Lingkungan menjadi bersih, warga sejahtera, dan penghargaan dari luar menjadi bonusnya.***(O Gozali)