Purwokerto, serayunews.com
Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan Dinkes Kabupaten Banyumas, dr Novita Sabjan mengungkapkan, dari data balita stunted bulan Febuari 2022, pihaknya mencatat kasus tertinggi terjadi di Kecamatan Cilongok, disusul Kecamatan Kebasen, Kembaran, dan Sumbang.
“Data ini kami peroleh saat operasi timbang di bulan Febuari 2022,” ujarnya.
Balita stunted dibagi menjadi tiga kategori umur, di Cilongok sebanyak 49 balita usia 0-6 bulan terindikasi stunted, kemudian balita 6-11 bulan sebanyak 58 terindikasi stunted dan 12-23 bulan sebanyak 248 terindikasi stunted.
“Faktornya pola asuh, karena dari data tingkat pendidikan orangtua di Kecamatan Cilongok 24% lulusan SD, 35% SLTP, 28% SLTA dan 13% sarjana,” katanya.
Namun, ada beberapa faktor lain yang dinilai jadi penyebab lain. Orangtua yang tidak secara langsung merawat balitanya karena harus bekerja menghidupi rumah tangga, juga membuat tumbuh kembang balita tidak maksimal. Terlebih, balita diasuh oleh asisten rumah tangga ataupun saudara terdekat.
“Kemungkinan terbesar ibu bekerja, tapi itu juga belum ada data pasti dari seluruh ibu balita stunted pekerjaannya apa. Karena belum kami research, tapi yang jelas pola asuh berpengaruh sekali,” ujar dia.