SERAYUNEWS— Bapak Pers Nasional, Raden Mas Djokomono Tirto Adhi Soerjo, dikukuhkan karena jasanya sebagai perintis jurnalistik nasional. Beliau mendirikan surat kabar pertama yang dimiliki dan dikelola oleh pribumi, yaitu Medan Prijaji.
Bangsa ini harus berterima kasih kepada Pramoedya Ananta Toer atau Pram. Sebelum Pram menulis Bumi Manusia (terbit pertama kali 1980) dan Sang Pemula (terbit pertama kali 1985), nama Tirto seakan tenggelam dan luput dari perhatian sejarawan
Tirto adalah perintis yang banyak berjasa kepada pembangunan pemikiran di Nusantara sehingga wajarlah Pram mengalungkan beliau sebagai ‘Sang Pemula’.
Sejarah menjadi bertambah terang. Bertepatan dengan Hari Pahlawan 10 November 2023, rilislah film pendek berdurasi 12 menit juga dengan judul ‘Sang Pemula’ garapan oleh duo sineas Surya Penny dan Senry Alvin.
Peluncuran film pendek ini juga berbarengan dengan singel “Sang Pemula” yang Once Mekel bawakan, mantan vokalis Dewa 19.
Bagi Pram, Tirto merupakan tokoh yang mengawali pergerakan bangsa ini. Tirto adalah seorang pemikir sekaligus penggerak yang berani bersuara, menggagas dan membidas.
Selain jurnalis, Tirto merupakan salah satu tokoh pendiri Syarikat Priyayi (1906), yang Pram anggap sebagai organisasi modern pribumi pertama. Selama ini kita anggap Budi Utomo adalah pelopor.
Tirto mengilhami Pram menulis tetralogi: Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca.
Menurut A Teeuw dalam “Citra Manusia Indonesia dalam Karya Sastra Pramoedya Ananta Toer”, semangat Pram melakukan penelitian sejarah tentang zaman permulaan nasionalisme Indonesia sudah ada sejak 1956.
Nama Tirto, Pram temukan ketika menjadi pengajar di Jurusan Sejarah, Universitas Res Publica. Pada 1962, Pram menulis empat karya legendaris itu berdasarkan kertas kerja (kliping koran) yang sebagian mahasiswa-mahasiswanya kerjakan di Universitas Res Publica.
Minke dan Bumi Manusia yang dulu nyaris terkubur karena pemerintah Orde Baru larang, kini akhirnya bangsa Indonesia rayakan.
Seperti halnya Sang Pemula, Bumi Manusia, novel pertama dari Tetralogi Pulau Buru ini diangkat ke layar lebar pada tahun 2019 lalu. Hanung Bramantyo menyutradarai film ini.
Dalam Jejak Langkah, serial ketiga dari Tetralogi Buru, cetakan pertama (1985), disebutkan, Pram mengembangkan tokoh Minke dari sosok Tirto.
Pram juga menggunakan inisial Tirto yakni T.A.S sebagai inisial yang kerap Minke gunakan saat menulis tajuk rencana.
Minke kelihatannya nama yang keren. Padahal Minke adalah plesetan dari kata monyet.
Dalam Bumi Manusia, suatu saat tuan guru Belanda di ELS, Meneer Rooseboom jengkel dan marah kepadanya. Meneer Rooseboom membentak, “Diam kau, monk…….M i n k e!”
Tentu bukan tanpa alasan, nama Minke sebagai plesetan monyet itu Pram pilih. Itulah cara dia mengejek rasialisme, suatu sikap dan cara pandang kolonialisme Belanda yang menganggap rendah pribumi Jawa.
“Orang memanggil aku Minke. Namaku sendiri… Sementara ini tak perlu kusebutkan. Bukan karena gila mysteri. Telah aku timbang: belum perlu benar tampilkan diri dihadapan mata orang lain.”
Sepotong perkenalan yang membuka Bumi Manusia. Dan, titik-titik itu sudah menemukan jawabannya , yaitu T.A.S *** (O Gozali)