Purbalingga, serayunews.com
Setidaknya ada 48 rumah di satu dusun, di Desa Siwarak rusak akibat peristiwa tanah bergerak dan longsor. Bencana itu merupakan bencana terbesar yang pernah terjadi di wilayah setempat. Bahkan, gerakan tanah susulan masih berpotensi.
Demi keamanan dan kenyamanan warga, sejumlah rumah tidak layak untuk hunian lagi. Sehingga tempat tinggal mereka harus direlokasi.
“Ada 28 rumah (yang direlokasi,red),” kata Kades Siwarak, Suratman, Rabu (18/01/2023).
Baca juga: [insert page=’sebagian-warga-siwarak-purbalingga-terdampak-bencana-tinggalkan-posko-pengungsian’ display=’link’ inline]
Jumlah tersebut tidak jadi satu kawasan, mereka tersebar di beberapa titik. Lahan relokasi sudah melalui uji geologi dari BPBD dan tim Geologi Unsoed. Bangunan rumah dengan konsep permanen di lahan perorangan. Namun untuk bangunan, ada bantuan dari Dana Desa (DD).
Terpisah, kepala BPBD Purbalingga, Priyo Satmoko, menyampaikan hal serupa. Hasil pengkajian, akhirnya ada 28 rumah yang relokasi. Lahannya adalah lahan pribadi atau milik saudara, serta ada bantuan dari Pemdes.
“Saat ini sudah warga tempati,” kata dia.
Sebelumnya, hujan turun hingga malam dan memporak-porandakan sejumlah wilayah sisi utara Purbalingga. Banjir dan longsor juga merusak sejumlah bangunan, mulai dari rumah, jalan, sampai tiang listrik.
Kondisi paling parah ada di Desa Siwarak Kecamatan Karangreja. Setidaknya ada 48 rumah rusak, di wilayah RT 004 RW 007.
“Longsor dua kali, pertama sekitar pukul 14.00 dan yang kedua sekitar pukul 17.45. Satu RT kami ungsikan ke Ponpes Miftahul Ulum,” kata Kepala Desa Siwarak, Suratman, Selasa (25/10/2022).
Satu titik longsor, kembali menambah rentetan bencana di desa tersebut. Namun, satu titik yang paling parah terjadi di wilayah RT 3 yang terdapat 48 rumah.
“Paling parah di RT 3 RW 7, beberapa bangunan rumah terdampak bahkan ada yang retak-retak,” ujarnya.