Kholil Rohkman, Serayunews.com
Horor di sini bukan karena ada hantu, tapi horor menakutkan karena perempatan berpotensi memunculkan masalah. Ada beberapa perempatan horor di Banyumas yang berpotensi memunculkan masalah. Di antaranya adalah dua perempatan di jalur yang menghubungan Purwokerto dengan Desa Pegalongan, Kecamatan Patikraja, Kabupaten Banyumas.
Posisi perempatan itu adalah Terminal Lama ke arah selatan atau yang sering dikenal dengan jalur Gunung Tugel. Selain dua perempatan tersebut, perempatan di Desa Pegalongan, Kecamatan Patikraja juga layak disebut perempatan horor.
Kenapa dikatakan horor? Begini gambarannya. Perempatan adalah tempat yang mempertemukan antara sepeda, becak, atau kendaraan yang melaju dari utara, selatan, barat, dan timur. Masalahnya, di perempatan horor itu, lampu lalu lintas hijau disetting berbarengan untuk kendaraan dari arah selatan dan utara. Hal yang sama juga berlaku untuk kendaraan dari arah barat dan timur.
Sekarang imajinasikan saja. Jika ada kendaraan dari arah utara mendapatkan lampu hijau dan secara bersamaan kendaraan dari selatan mendapatkan lampu hijau, apa yang akan terjadi? Jika kendaraan dari arah utara ingin belok kanan alias ke barat sementara kendaraan dari arah selatan ingin lurus ke utara, yang terjadi adalah kekacauan.
Hal yang sama akan terjadi jika kendaraan dari arah selatan ingin belok ke kanan alias ke timur dan kendaraan dari arah utara ingin lurus ke selatan. Yang terjadi adalah kekacauan. Kenapa kacau, karena kendaraan itu berpotensi bertabrakan. Potensi lain adalah terjadi kemacetan karena ada yang kendaraan mengalah bertahan di tengah jalan untuk memberi jalan pada kendaraan lain.
Satu ketika saya pun pernah hampir tertabrak truk besar karena settingan lampu di perempatan horor itu. Saya bergegas ingin ke utara karena mendapatkan lampu hijau, sementara dari arah berlawanan ada truk yang ingin belok ke kanan karena mendapatkan lampu hijau.
Kejengkelan bertemu dengan perempatan horor ini dialami beberapa orang. Bisa jadi lebih banyak yang kecewa tapi tak terdengar suaranya. Satu ketika saya pernah mengutarakan ini ke Gubernur Jawa Tengah. Lalu diarahkan ke pihak kabupaten. Namun, tetap saja settingan lampu perempatan itu tak berubah. Masih horor.
Saya tak paham soal aturan hukum settingan lampu lalu lintas perempatan. Saya juga tak paham settingan teknologi soal lampu lintas di perempatan. Yang saya paham, keselamatan nyawa manusia di jalan adalah yang utama.