Kampung Laut, serayunews.com
Hal itu sangat dirasakan oleh salah satu pedagang warung yang terletak di Desa Klaces Kecamatan Kampung Laut Kabupaten Cilacap yang bernama Lina Ayu Safitri (22). Sebab, untuk melayani kembalian uang pembeli, ia juga terkadang terpaksa harus pergi ke bank atau mini market yang jaraknya cukup jauh dan memakan waktu hingga berjam-jam dengan menggunakan transportasi perahu.
Diketahui wilayah Desa Klaces Kecamatan Kampung Laut yang berdampingan dengan Pulau Nusakambangan itu merupakan daerah segara anakan dan wilayah daratannya berpisah-pisah dan jauh dari Kota Cilacap dengan jarak tempuh sekitar lebih dari dua jam yang ditempuh dengan perahu jukung atau comreng.
Selain menukar ke bank atau mini market, untuk mendapatkan uang pecahan kecil seperti Rp1000, Rp2000 hingga Rp10 ribu dalam jumlah banyak, ia juga perlu mengumpulkan dari sisa belanja di pasar.
“Kalau uang receh nuker ke bank apa Indomart, paling dibutuhkan uang sepuluh ribu, lima ribu, paling banyak dua ribu sama seribu, kalau mau ke bank apa pasar di kali pucang sekitar dua jam, kalau ke kota tambah jauh,” ujarnya saat ditemui, Kamis (10/3/2022).
Pada kesempatan tersebut kebetulan warung Lina dihampiri oleh petugas Bank Indonesia Purwokerto yang sedang melakukan kegiatan sosialilasi di Kampung Laut, sehingga ia pun mendapat kesempatan untuk menukar uang pecahan rupiah yang baru dan disediakan pecahan hingga miliaran rupiah yang di bawa dengan tiga brangkas dan dikawal aparat bersenjata.
“Senang bisa nukar uang, penginnya ditukar semua, tapi tadi sudah dipakai untuk belanja delapan juta jadi ini tinggal sisanya, karena kita tidak tahu ada petugas mau ke sini, kalau bisa sering ke sini, jadi warga sangat terbantu,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Purwokerto Rony Hartawan mengatakan, pihaknya akan memastikan ketersedian rupiah di masyarakat termasuk Kampung Laut sebagai wilayah terluar dan jauh dari perbankan. Pihaknya juga memahami keluhan masyarakat terkait dengan perlunya pecahan rupiah yang dibutuhkan untuk transaksi perekonomian.
“Kita memahami, tidak semua daerah tercover oleh perbankan, makanya kegiatan seperti ini kita lakukan secara berkala, terutama untuk wilayah 3T (terdepan, terluar dan tertinggal), terluar seperti ini untuk memastikan, agar mereka tidak merasa life behind kok ndak ada, keberadaan BI sampai sini, makanya kita datang,” ujarnya.
Untuk meningkatkan peredaran uang rupiah, selain di Desa Klaces, pihaknya juga akan kembali menggelar penukaran uang dengan menyasar sejumlah Desa yang ada di Cilacap.
“Kita upayakan dalam setahun ini bekerjasama dengan departemen pengelolaan uang rupiah, untuk BI Purwokerto sudah ada lokasi nasional, plus kita tambah lagi yang ada disini, beberapa kecamatan mungkin nantinya, plus tahap 3 nanti jita lanjut lagi di beberapa desa,” ujarnya.
Dalam menggegelar kegiatan di Kecamatan Kampung Laut, Bank Indonesia Purwokerto menggelar sejumlah kegiatan diantaranya sosialisasi tentang cinta bangga dan paham rupiah dengan menggandeng komunitas guru pengerak Banyumas Cilacap untuk mengoptimalkan sosialisasi kepada para siswanya.
“Melalui sosialisasi cinta bangga paham rupiah, kita mejadi tahu cara membedakan uang palsu dan uang asli dengan cara 3D yaitu dilihat, diraba dan diterawang, serta banyak belajar cara merawat uang itu jangan dilipat, jangan distaples, jangan kena air, dan jangan dicoret. Selain itu, kita juga harus bijak menggunakannya,” ujar Lukman Arif, kelas XII IPA SMAN 1 Kampung Laut.
Selain sosialisasi cinta bangga paham rupiah, Bank Indonesia Purwokerto juga menyerahkan sejumlah bantuan seperti bantuan mesin pencacah sampah kepada pengelola bank sampah Jaga Laut di Desa Klaces serta bantuan instalasi jaringan internet dan sarana penunjang pendidikan kepada SMA Negeri 1 Kampung Laut.