SERAYUNEWS-Satu-satu tempat yang bisa didatangi para wisatawan jika ke Kebumen adalah Waduk Wadaslintang. Bahkan, wisatawan bisa menyewa kapal dengan biaya yang sangat terjangkau.
Dikutip dari Instagram Pemkab Kebumen, wisatawan bisa keliling Waduk Wadaslintang. Caranya dengan menyewa kapal bermesin yang biaya per orangnya Rp25 ribu. “Kamu tidak akan bosan dengan pemandangan Waduk Wadaslintang. Selain karena danaunya yang luas, pemandangan yang disajikan sangat cantik,” tulis Pemkab Kebumen melalui Instagramnya.
Dari narasi di Instagram itu disebutkan bahwa suasana di waduk Wadaslintang masih alami. Udaranya pun masih sejuk ditambah dengan latar belakangnya berupa Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing membuatnya menjadi tambah indah.
Gambaran suasana tersebut diharapkan akan menarik banyak wisatawan untuk menghabiskan liburan di Wadaslintang pada khususnya dan Kebumen pada umumnya. Tentu saja jika banyak wisatawan yang melancong ke Kebumen akan berdampak pada perekonomian.
Dunia penginapan akan mendapatkan keuntungan. Kemudian usaha mikro kecil menengah atau UMKM juga akan mendapatkan dampak positif. Pihak Pemkab sendiri memang terus menggencarkan sosialisasi terkait dunia wisata di Kebumen.
Waduk Wadaslintang terletak di antara Kabupaten Kebumen dan Kabupaten Wonosobo. Objek wisata tersebut terletak 35 Km sebelah timur laut pusat Kabupaten Kebumen. Waduk Wadaslintang adalah bendungan tertinggi di Indonesia.
Waduk Wadaslintang memiliki tinggi 122 meter, panjang 650 meter dan lebar puncak 10 meter. Air yang ditampung bisa mencapai 7,1 juta meter kubik.
Waduk ini menampung air dari Sungai Medono dan beberapa anak sungainya seperti Sungai Tritis, Sungai Somagede, Sungai Waturangkang, dan Sungai Lancar.
Waduk Wadaslintang mulai dibangun pada 1982 dan mulai beroperasi pada 1987. Pembangunannya kala itu menelan biaya Rp205 juta plus 87 juta dolar AS.
Disarikan dari berbagai sumber, keberadaan Waduk Wadaslintang memang untuk menopang dunia pertanian. Sebab, Waduk Wadaslintang dimanfaatkan untuk mengairi lahan pertanian seluas 3634 hektar.
Dengan adanya pengairan tersebut, maka harapannya kebutuhan petani akan air bisa terpenuhi. Setidaknya pertanian, khususnya pertanian padi, tidak lagi bergantung pada musim hujan. Namun pengairan tetap terpenuhi di musim kemarau.
Namun, sekalipun untuk pengairan pertanian, tetap juga diperhitungkan ketersediaan air pada sungai–sungai di hilir waduk. Misalnya saja Kali Jaya, Kali Luk Ulo, Kali Jaya, Kali Lesung, Kali Kedungbener, Kali Kedunggupit, Kali Meneng, Kali Rebug, Kali Jali. Kemudian juga memperhitungkan pula aliran lateral daerah tangkapan air di pintu – pintu pengatur dari Bendung Pejengkolan, Bendung Pesucen, Bendung Bedegolan, Bendung Kuwarasan, Bendung Kedungsamak, Bendung Kaligending, Bendung Merden, Bendung Kedunggupit Wetan, Bendung Kali Meneng, Bendung Kedunggupit Kulon, Bendung Pekatingan, Bendung Rebug, Bendung Loning, dan Bendung Bandung.
Dengan begitu, maka keberadaan Waduk Wadaslintang tak hanya terkait perekonomian petani, tapi juga kebutuhan alamiah di sungai. Di sisi lain, Waduk Wadaslintang juga digunakan untuk mengendalikan banjir seluas 3.000 hektar yang biasa terjadi di Wawar. Air dari waduk ini pun digunakan untuk membangkitkan listrik melalui sebuah PLTA berkapasitas 16 MW.