SERAYUNEWS – Banjir luapan yang melanda sebagian besar wilayah Purwokerto Selatan merupakan banjir terparah yang pernah terjadi. Sekitar 400 rumah terendam dan 1500 jiwa terdampak, akibat peristiwa tersebut. Banjir terjadi pada Jumat-Sabtu (10-11/1/2025).
Penyempitan penampang lebar Sungai Bener yang terletak di wilayah itu menjadi salah satu faktor utama yang memperburuk keadaan saat curah hujan tinggi. Selain itu, sedimentasi yang terjadi di sepanjang sungai turut menyumbat aliran air, memperparah kondisi aliran sungai yang sudah tidak optimal.
Sedimentasi yang terjadi selama bertahun-tahun menyebabkan penurunan kapasitas tampung aliran sungai. Hal ini semakin diperburuk dengan adanya pembangunan di sekitar sungai yang mengurangi penampang lebar sungai. Sehingga volume daya tampungnya berkurang.
“Itu karena penampang lebar sungai berkurang, banyak aktivitas pemukiman, yang kedua sedimentasi juga,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banyumas Budi Nugroho, Senin (13/01/2025).
Disampaikan bahwa sekitar dua bulan sebelumnya banjir luapan pernah terjadi di kawasan tersebut. Sebelum kejadian ini, dua pekan sebelumnya juga kembali terjadi. “Minimal dinormalisasi dengan dilakukan pengerukan sedimentasi,” ujarnya.
Budi menjelaskan, bahwa untuk penanganan secara khusus, itu menjadi kewenangan Balai Besar Wilayah Serayu Opak (BBWSO). Pihak BPBD Banyumas sudah berkoordinasi dengan BBWSO, dan instansi terkait lainnya.
“Berbasis kewenangan, itu kan kewenangan BBWSO, di bawah Kementrian PU,” ujarnya.
Lebih lanjut Budi menjelaskan, selain penampang lebar sungai dan sedimentasi, peristiwa banjir juga didukung dengan drainase yang kurang optimal. Seperti yang terjadi di jalan Supriyadi, sejak tahun 2022 beberapa kali terjadi luapan sampai ke jalan raya.
“Iya betul, (drainase) juga pengaruh. Ternyata drainase itu tidak sekedar parsial satu jalan tetapi harus konekting antar drainase. Nanti di Pokja Jitupasna (Pengkajian Kebutuhan Pasca Bencana) kita usulkan ke dinas terkait,” kata dia.