Ketua Aspikmas, Pujianto mengatakan pelaku usaha mikro dan kecil justru paling mampu bertahan. Sebab, bermanuver dengan menjalankan peluang usaha lain yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat di tengah pandemi.
“Anggota kita didominasi pelaku usaha mikro, bahkan banyak yang ultra mikro. Tetapi karena masih mikro ini mereka mampu bertahan di tengah pandemi,” terangnya, Rabu (23/12/2020).
Menurut Pujianto, pada prinsipnya, siapa yang mampu bermanuver peluang usaha lain dengan cepat, maka usahanya bisa bertahan. Semua anggota Aspikmas melakukan hal tersebut dengan cepat. Sehingga sekalipun terdampak pandemi Covid-19, namun tidak ada yang sampai gulung tikar
“Kemampuan bertahan pelaku usaha mikro dan kecil ini karena mereka mampu menangkap peluang alternatif saat usaha utamanya terdampak. Sehingga dengan cepat mereka berganti usaha yang dipandang lebih berpotensi untuk berkembang. Mengingat gerbong usahanya belum begitu besar, maka alih usaha ini menjadi lebih ringan, tidak menimbulkan kerugian dalam jumlah besar,” terangnya.
Pujianto yang memiliki usaha produksi kaus ngapak, khas Banyumas ini mengatakan, ia pernah membangun usaha kuliner yaitu pisang cokelat. Persiapan yang dilakukan sangat matang, bahkan resep pisang cokelat diburu hingga ke luar daerah, mencari yang paling enak.
Namun, pada saat itu dilandasi keinginan meciptakan trend baru, ia langsung membuka banyak cabang pada beberapa lokasi. Ada 10 tempat usaha yang dibuatnya khusus pisang cokelat.
“Usaha pisang cokelat saya hanya mampu bertahan sekitar 8 bulan, ketika mau bermanuver ke usaha lain, gerbong usaha ini sudah cukup besar bagi saya, sehingga berat. Jadi banyak keuntungan yang diperoleh dari usaha mikro dan kecil, di antaranya gerbong usaha yang tidak terlalu besar, membuat risiko yang tidak besar pula,” ucapnya.