SERAYUNEWS – Akhir-akhir ini, heboh di berbagai media sosial (medsos) mengenai banyak anak kecil gagal ginjal. Jadi, mereka harus menjalani cuci darah di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta.
Lantas, apakah pemicu beredarnya isu bocil-bocil cuci darah di RSCM Jakarta? Berikut serayunews.com sajikan cek fakta pada artikel ini.
Menanggapi hal itu, pihak RSCM melakukan live Instagram di akun resminya @rscm.official pada Kamis (25/7/2024) kemarin. Saat live, dr. Reza Fahlevi dan narasumber dr. Eka Laksmi Hidayati berusaha menjawab informasi ini.
Dr. Eka mengatakan bahwa tidak terjadi lonjakan kasus anak ke RSCM yang menjalani cuci darah. Ia menjelaskan, saat ini ada sekitar 60 anak yang menjalani terapi pengganti ginjal di RSCM.
Dengan rincian, 30 di antaranya melakukan dialisis atau cuci darah rutin. Sementara itu, sisanya menjalani CAPD atau dialisis mandiri yang datang sebulan sekali ke rumah sakit.
Adapun rerata usia anak yang saat ini menjalani cuci darah di RSCM yakni di atas 12 tahun atau memasuki fase remaja.
“Kami di rumah sakit tidak mengalami lonjakan (kasus cuci darah pada anak), tapi kalau dilihat angkanya pasien kami cukup banyak,” ujar dr. Eka Laksmi Hidayati dalam video live Instagram, dikutip pada Jumat (26/7/2024).
“Memang itu jumlah yang cukup banyak di rumah sakit, ya. Kalau orang melihat, ya ‘Oh kok banyak sekali, ya,'” tambahnya.
Konsultan nefrologi anak itu menegaskan bahwa RSCM memiliki pasien cuci darah pada anak dalam jumlah banyak karena rumah sakit ini adalah rumah sakit rujukan dan pengampu uronefrologi di Indonesia.
“Jadi, banyak kami mendapatkan rujukan dari luar Jakarta, bahkan dari luar Pulau Jawa yang datang ke sini,” jelasnya.
Lebih lanjut, mengenai pemicu anak-anak sampai cuci darah atau hemodialisis, dr Eka menyebut karena kelainan bawaan. Terbanyak, kasus penyakit ginjal pada anak memiliki pemicu sindrom nefrotik.
“Yang berupa fungsi paling sering adalah sindrom nefrotik kongenital. Banyak pasien sindrom nefrotik lain tidak mengalami gagal ginjal. Jadi umumnya tidak sampai menyebabkan penurunan fungsi ginjal, tapi kalau terjadinya kongenital sejak dari kandungan dan saat lahir sudah bergejala, itu umumnya akan menjadi gagal ginjal,” ungkapnya.
Faktor lain adalah kelainan bawaan berupa bentuk ginjal yang tak normal. Ini juga menjadi pemicu adanya kasus cuci darah pada anak. Terdapat juga anak yang mengalami kista ginjal sehingga harus cuci darah.
“Kemudian, kelainan berupa bentuk itu misalnya ginjalnya isinya kista atau kita sebut ginjal polikistik. Jadi, tidak ada jaringan yang sehat, atau jaringan sehatnya sudah habis karena ginjalnya berisi kista-kista sehingga dia tidak bisa berfungsi. Itu bisa sejak dini meskipun tidak segera lahir. Tapi dia bisa tumbuh beberapa saat, kemudian pada saat balita sudah mengalami gagal ginjal dan harus melakukan dialisis,” pungkasnya.
Demikian beberapa pemicu banyak anak cuci darah di RSCM Jakarta antara lain sindrom nefrotik, kelainan bawaan, dan kista ginjal. Semoga menjawab pertanyaan di benak masyarakat.
***