SERAYUNEWS – Awalnya, Untoro (42), warga Desa Majatengah Kalibening Banjarnegara selalu merasa malu saat membawa rumput berpapasan dengan teman-temannya. Bahkan,sering dia membuang rumput atau bersembunyi karena malu.
Tapi sekarang, dia sudah percaya diri bahkan banyak teman datang ke kandang untuk mengikuti jejaknya sebagai peternak kambing di Kalibening.
Untoro merupakan peternak kambing yang udah 5 tahun ini, berhasil meraup uang ratusan juta Rupiah dari bisnisnya tersebut.
“Zaman sekarang, harus berani untuk tidak malu kalau ingin sukses. Rasa malu, ternyata bisa menghambat seseorang yang mau berusaha,” kata Untoro.
Menurut dia, ada banyak model dalam usaha ternak kambing. Mulai dari penggemukan, pernahan atau ternak sepasang, atau model pembesaran. Biasanya banyak yang membeli anakan kambing (cempe) usia 2-3 bulan, kemudian di pelihara 8 bulanan seperti yang dia tekuni saat ini.
Ide ternak kambing model pembesaran, kata dia, berawal dari beberapa tahun lalu saat dia duduk di tepi kolam ikan.
Saat itu, dia bersama Arif, teman dekatnya. Dari obrolan keduanya, tiba-tiba muncul kalimat jika zaman sekarang malu menjalani peternak tentu akan gagal di kehidupan.
“Kami teringat sejarah Nabi Muhammad yang sukses dengan ternak. Saat itulah, saya beranikan diri untuk banting stir memilih usaha ternak kambing,” katanya.
Esoknya, dia memberanikan diri meminta bantuan permodalan kepada orangtua sebanyak Rp 8 juta. Uang itu dia gunakan untuk membeli kambing. Saat itu orangtuanya berpesan, agar membeli kambing yang masih anakan supaya hemat tenaga dan pakan.
“Saya laksanakan petunjuk orangtua. Saya membelanjakan uang itu dan dapat anakan kambing gembel 12 ekor usia 3 bulanan, harga Rp 700 ribu per ekor,” katanya.
Masalah pertama muncul, justru dari hatinya sendiri karena masih ada rasa malu mencari rumput atau ngarit. Bahkan, dia pernah terpaksa membuang dua gulung rumput ke sungai karena malu berpapasan dengan temannya.
“Saya langsung buang gulungan rumput, saya cuma bilang sedang jalan-jalan. Sampai di rumah, terpaksa saya membeli waluh untuk makan kambing pengganti rumput,” kenangnya.
Setelah kejadian itu, Untoro mulai membulatkan tekad untuk tidak malu. Karena ternyata, rasa itu menghalangi untuk sukses. Sejak persitiwa itu, dia tidak malu dan canggung lagi saat mencari rumput.
Setelah 8 bulan, 12 ekor kambing di jual dan laku kurang lebih Rp 20 juta lebih. Terdapat keuntungan 12 juta dari modal awal hanya Rp 8 juta. Pengalaman ternak selama ini, kata kunci suksesnya ada pada disiplin waktu saat memberi makan, serta jumlah pakannya.
“Kambing terlalu kenyang karena jam makan tidak teratur, tidak menjamin akan bagus pertumbuhannya. Saya memberi makan kambing pagi dan sore, dengan selingan ketela campur air asin untuk nutrisi,” katanya.
Untoro sendiri, sudah hampir 5 tahun ini menekuni ternak. Dia bagkan sudah meraup ratusan juta Rupiah dari usahanya.
Saat ini, di kandang yang terletak di belakang rumahnya ada 20 ekor kambing muda (cempe). Dia tetap bertahan pada ternak model pembesaran, mulai dari usia kambing 2-3 bulan dengan waktu pelihara paling lama 8 bulan.
“Usaha saya saat ini sudah banyak yang meniru. Tiap sore, di kandang selalu banyak teman datang sekedar bercerita tentang kondisi ternaknya,” katanya.