Ada desa yang bernama Cingebul di Kecamatan Lumbir, Kabupaten Banyumas. Asal muasal nama desa itu dari cerita Perang Diponegoro pada tahun 1829.
Diketahui, Perang Diponegoro terjadi pada 1825-1830. Perang tersebut antara pihak Pangeran Diponegoro dengan Belanda. Seperti diketahui, pihak Diponegoro kalah dalam peperangan ini. Salah satu dampak dari kekalahan DIponegoro adalah diserahkannya wilayah Banyumas ke Belanda.
Wilayah Banyumas ini sebelumnya menjadi wilayah Surakarta. Kembali ke cerita CIngebul, pada tahun 1829, pasukan Diponegoro yang ada di Banyumas sudah terdesak oleh Belanda. Pasukan Diponegoro dipukul mundur.
Saat jelang kekalahan itu, ada dua prajurit Pangeran Diponegoro yang terpisah dari pasukan. Dua prajurit itu adalah Wirantaka dan Naya Pati. Keduanya berjalan tanpa arah karena tak mengenal wilayah Banyumas.
Sampailah keduanya di antara dua bukit selatan Karangpucung, Cilacap. Karena merasa aman, keduanya bersembunyi di dua tempat tersebut. Keduanya bersama Suradiporata (keluarga prajurit Pajajaran) mendirikan padepokan untuk menyebarkan Agama Islam.
Satu ketika para santri membakar singkong di pinggir sungai. Namun, tiba-tiba Suradiporata melihat ada asap di atas air hulu sungai. Kemudian, Suradiporata menunjuk kea rah hulu sungai dan berteriak. “cai ngebul, cai ngebul”.
Sejak saat itu, daerah tersebut dinamakan cingebul yang artinya sungai yang mengeluarkan asap. Sampai saat ini warga setempat kadang masih melihat adanya kepulan asap di sungai tersebut.
Referensi
Cece Sobarna, Gugun Gunardi, Wahya: Toponimi Nama Tempat Berbahasa Sunda di Kabupaten Banyumas