SERAYUNEWS – Festival Film Indonesia (FFI) kembali digelar pada tahun 2025 dan menghadirkan daftar pemenang yang mencerminkan perkembangan signifikan perfilman nasional.
Sebagai ajang penghargaan tertinggi bagi sineas Indonesia, FFI selalu menjadi momentum penting untuk menilai pencapaian para kreator, baik dalam kategori film cerita panjang, dokumenter, hingga animasi.
Tahun ini, sejumlah karya dan pelaku industri berhasil mencuri perhatian melalui inovasi, keberanian bercerita, serta kekuatan teknis yang ditampilkan dalam setiap produksi.
Gelaran FFI 2025 menghadirkan kejutan sekaligus pembuktian bahwa industri film Indonesia terus bertumbuh.
Pengarah Sinematografi Terbaik: Ical Tanjung – Pengepungan di Bukit Duri
Penata Artistik Terbaik: Eros Eflin – Pangku
Penyunting Gambar Terbaik: Hendra Adhi Susanto – Sore: Istri Dari Masa Depan
Penata Efek Visual Terbaik: Abby Eldipie & tim – Pengepungan di Bukit Duri
Penata Musik Terbaik: Aghi Narottama – Pengepungan di Bukit Duri
Pencipta Lagu Tema Terbaik: Gerald Situmorang, Iga Massardi, Asteriska – “Terbuang Dalam Waktu” (Sore: Istri Dari Masa Depan)
Penata Suara Terbaik: Ridho Fachri & Indrasetno Vyatrantra – Home Sweet Loan
Penata Busana Terbaik: Victoria Esti Wahyuni – The Shadow Strays
Penata Rias Terbaik: Novie Ariyanti – Pengepungan di Bukit Duri
Aktris Pilihan Penonton: Leya Princy – Rangga & Cinta
Aktor Pilihan Penonton: El Putra Sarira – Rangga & Cinta
Film Pilihan Penonton: Rangga & Cinta – Miles Films
Karya Kritik Film Terbaik: Catra Wardhana – “Rambut Dalam ‘Nana’…”
Piala Antemas: Jumbo – Visinema Studios
Penghargaan Khusus Pengabdian Seumur Hidup: Franki Raden, El Manik, dan Hendrick Gozali
Daftar pemenang FFI 2025 bukan hanya sekadar rangkaian nama, tetapi bukti bahwa perfilman Indonesia terus menunjukkan kematangan dalam aspek teknis, artistik, dan naratif.
Dengan semakin banyaknya sineas muda yang terlibat serta meningkatnya apresiasi publik, perjalanan film Indonesia menuju pasar internasional semakin terbuka lebar.
Ajang ini sekaligus menjadi pengingat bahwa cerita-cerita lokal masih memiliki kekuatan besar untuk menginspirasi penonton.***