Purbalingga, serayunews.com
Desa Tumanggal masuk wilayah Kecamatan Pengadegan, Kabupaten Purbalingga. Jarak tempuh dari pusat kota Purbalingga, sekitar 14 Km. Wilayah bagian utara timur laut Purbalingga ini, ternyata menyimpan segudang potensi.
Meski kini tak lagi sebanyak produksi masa lalu, Tumanggal populer sebagai produsen benang antih. Benang dari kapuk dan pembuatannya secara konvensional. Selain itu, di wilayah Tumanggal juga banyak perkebunan singkong. Bahan baku singkong itu, kemudian diolah menjadi tepung mocaf.
Beberapa tahun ini, dari Tumanggal muncul lagi olahan makanan dan minuman berbahan Aloe Vera. Lahan dengan luas sekitar 2 hektar, ditanami lidah buaya. Hasil olahan di antaranya menjadi minuman lidah buaya aneka rasa, es krim, puding, stick, dodol, teh lidah buaya, mi ayam, dan bakso lidah buaya.
Kepala Desa Tumanggal, Misno menyampaikan, beberapa hasil olahan berbahan lidah buaya, yakni minuman dan makanan dari lidah buaya.
“Untuk pemasaran ada di toko-toko dan tempat tempat pariwisata di Kabupaten Purbalingga. Kalau di luar Purbalingga baik secara online maupun offline,” katanya, Rabu (15/03/2023).
Mengingat prospek bagus lidah buaya ini, Misno berharap, pemerintah bisa memberikan bantuan pengembangan lebih lanjut mulai dari bibit dan sarana produksi lainnya.
Baca juga: [insert page=’waspadai-makanan-kedaluarsa-saat-ramadan-dinperindag-purbalingga-intens-monitoring-pasar’ display=’link’ inline]
Melihat potensi yang ada di Tumanggal, dan sudah ada embrio untuk pengembangan, maka Pemkab Purbalingga terus memberikan dukungan. Di antaranya telah dibangun Bangsal Pascapanen Hortikultura dari Kementerian Pertanian RI (Kementan RI). Para petani di Desa Tumanggal memanfaatkan sarana tersebut untuk mengolah lidah buaya menjadi berbagai macam produk.
“Kelompok Tani Mugi Lestari Desa Tumanggal telah melakukan pemberdayaan pengolahan aloe vera menjadi berbagai makanan. Mengingat produksi sudah memberi hasil produksi yang baik, maka tidak salah pemerintah membantu Bangsal Pascapanen ini,” kata Bupati Tiwi, saat peresmian Gedung Bangsal, Rabu pagi.
Bangsal Pascapanen ini merupakan rumah produksi pengolahan hasil pertanian setempat, mulai dari pasca panen, pengemasan dan siap pendiatribusian. Nilai Bangsal Pascapanen ini, hampir mencapai Rp400 juta, terdiri atas bangunan dan peralatan produksi.
“Saya berharap kelompok tani untuk betul-betul memanfaatkan bantuan ini sebaik-baiknya. Kalau kemarin sudah bisa memproduksi hasil olahan aloe vera, setelah ada bantuan rumah produksi ini harapannya bisa lebih produktif. Ada inovasi-inovasi lain, yang diolah tidak hanya itu-itu saja,” katanya.