Banjarnegara, serayunews.com
Peluru nyasar tersebut berasal dari para pemburu babi hutan yang sedang mencari buruannya di sekitar perkebunan kapulaga. Saat kejadian, kakek 50 tahun ini sedang mencabut rumput di kebun kapulaga. Akibatnya, korban mengalami luka tembak pada bagian kaki kiri hingga tembus pada tangan kanan korban.
Giatri (48) istri korban mengatakan, kejadian tersebut bermula saat suaminya sedang mencabut rumput, tiba-tiba dia mendengar ledakan yang dikira berasal dari korek api yang berada di saku celananya. Namun tak lama berselang, dia melihat darah dan ternyata kaki kiri bagian pahanya mengalami luka tembak hingga tembus ke lengan kanan korban.
Dari luka tersebut, dia kemudian berteriak minta tolong hingga akhirnya banyak warga yang datang untuk membantu korban. Korban kemudian dibawa ke Puskesmas untuk mendapatkan perawatan, namun karena kondisi luka yang parah, korban akhirnya dirujuk ke rumah sakit Siaga Medika.
“Kami dari keluarga sangat berharap pelaku bertanggungjawab dan memberikan pengobatan hingga sembuh. Rencananya hari ini baru akan dilakukan operasi di rumah sakit,” katanya.
Sementara itu, Kepala Desa Purwasana, Muhamdi, membenarkan adanya korban peluru nyasar atau salah tembak di wilayahnya. Kejadian tersebut, diketahui saat warga mendengar ada suara tembakan dan beberapa kali mendengar teriakan minta tolong seseorang.
Dari kejadian ini, sejumlah warga berduyun-duyun mendatangi sumber suara dengan membawa senjata mulai dari pentungan balok, dan lainnya. Hal ini dikarenakan khawatir orang tersebut minta tolong, karena sedang berduel dengan babi hutan.
“Ternyata setelah sampai di ladang, ada korban sudah tergeletak dengan luka di bagian paha kiri dan tangan kanan. Setelah kejadian ini, warga kemudian membawa korban ke Puskesmas 1 Punggelan dan dirujuk ke RS Siaga Medika Purbalingga,” ujarnya.
Terkait dengan hal tersebut, dia mengakui bahwa belakangan ini memang sering muncul babi hutan hingga ke perkebunan warga, sehingga banyak masyarakat yang berburu babi hutan agar hewan tersebut tidak merusak tanaman.
Munculnya babi hutan di perkebunan warga belakangan ini, dikarenakan kondisi hutan yang sudah beralih fungsi menjadi perkebunan, sehingga musim seperti ini banyak babi hutan yang turun ke ladang.
“Informasi dari keluarga, saat ini korban akan menjalani operasi karena ada luka retak pada kaki korban,” ujarnya.
Untuk mencegah terjadinya hal serupa, pemerintah desa kembali akan melakukan koordinasi dengan Babinsa serta Polsek setempat untuk sama-sama mengimbau pada masyarakat agar perburuan tidak dilakukan di dekat permukiman warga, sehingga hal ini tidak terjadi lagi. Tidak hanya itu, pihaknya juga akan melakukan pemasangan banner imbauan masyarakat terkait perburuan babi.
“Kebetulan ini lokasi perkebunan dengan permukiman tidak jauh hanya berjarak sekitar 100 meter, dan sebelum kejadian memang ada sekitar 3 orang yang membawa senjata panjang untuk berburu babi,” ujarnya.
Terkait kasus tersebut, dia mengatakan jika permasalahan ini sudah ditangani pihak kepolisian, dan pihak keluarga berharap agar pelaku bertanggungjawab memberikan pengobatan hingga pulih.