Purwokerto, serayunews.com
Humas Pengurus Pusat Keluarga Alumni Unsoed (PP KAUnsoed), Alief Einstein menceritakan, mereka berdua berkesempatan belajar perunggasan, di Belanda.
Di Negeri Kincir Angin tersebut, mereka bakal belajar banyak hal seputar perunggasan dari berbagai peternakan. Mulai cara perawatan, hingga menciptakan berbagai produk berkelanjutan.
“Mereka mengungkapkan, di Eropa menggunakan peralatan, teknologi dan ahli terbaik, serta terdapat inovasi strategi dalam penempatan lokasi industri perunggasan,” katanya.
Menurut Alief, mereka beangkat dalam rangka International Technical Spescialist Training yang pesertanya dari berbagai negara. Pelatihan kali ini, lebih dispesialisasikan di bidang mikroklimat (ventilasi) kadang.
“Biasanya pelatihan untuk tema produksi, pakan, manajemen dan sebagainya. Sekarang spesialisasi untuk mikroklimat, yang mana saat ini membutuhkan sistem pengaturan ventilasi yang spesifik saat memelihara ayam. Pelatihan berlangsung di tiga negara yakni Belanda, Denmark, dan Jerman, mulai tanggal 5-21 Januari 2023,” ujarnya.
Baca juga: [insert page=’bpbd-purbalingga-bersama-tim-geologi-unsoed-lakukan-kajian-tanah-bergerak-di-kaligondang’ display=’link’ inline]
Sofin Faiz mengatakan, untuk iklim Eropa dan Indonesia memang berbeda, tetapi tujuan akhir dari pelatihan tersebut yakni para peserta diharapkan bisa membuat formulasi (setting ventilasi) yang tepat sesuai dengan lokasi mereka berada.
“Kami tidak hanya belajar mikroklimat, tapi juga sistem pencahayaan kandang, pembibitan (breeding system), bahkan sampai IoT di kandang. Dimana sistem ini sudah banyak digunakan di Eropa, peternakan mereka efektif dan efisien. Kalau sudah pakai IoT ini, data akan lebih bisa dipertanggungjawabkan, kalau hasil pemeliharaan bagus, datanya bagus, tidak bisa dimanipulasi,” kata dia.
Dari apa yang didapat saat belajar di Eropa, peternak di sana sangat berbeda dengan peternak yang ada di Indonesia. Mereka yang ada di Indonesia, mencontoh konsep yang ada tanpa mengetahui konsep dasarnya.
“Misalnya mereka punya kandang A dan B, biasanya kandang B akan mencontoh settingannya seperti kandang A. Padahal bisa jadi lokasi kandangnya berbeda, satu di gunung, satunya di pinggir laut. Akhirnya, produksi malah tidak maksimal karena pengaturan kandangnya yang keliru,” ujarnya.(san)