Purwokerto, serayunews.com
Rasa bangga luar biasa dirasakan oleh Tulus (55), ayah dari Sapto warga Desa Ciberung, Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas
Dia mengaku tidak pernah menyangka jika anak nomor duanya tersebut yang mengalami cerebral palsy atau mengalami kekurangan pada tangannya mendapatkan medali tersebut.
Ia pun meceritakan, bakat yang dimiliki oleh anaknya. Sejak kecil, Sapto memiliki mentalitas juara. Sapto tidak pernah minder dengan kekurangan yang dimiliki. Kemudian saat mulai duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama, Tulus melihat bakat anaknya sebagai atlet. Sejak duduk di bangku SMP anaknya sudah menjadi atlet yang langganan dipanggil untuk mengikuti sejumlah kejuaraan.
“Saat SMK, prestasinya semakin bagus, hingga kemudian pelatihnya menyarankan untuk masuk ke pusat pelatihan di Solo,” kata dia.
Dari situ, sejak kelas 1 SMK Muhammadiyah 2 Ajibarang, Sapto pindah ke Solo dan melakukan pemusatan latihan sebagai atlet di wilayah tersebut. Dari situ pintu gerbang sebagai atlet mulai terbuka lebar, di mana banyak event-event olahraga yang diikutinya dan tak jarang mendapatkan medali.
“Sempat ikut PON di Jawa Barat, kemudian SEA Games di Malaysia, Asian Para Games dan Para Olyumpic,” kata dia.
Meski Tulus mengaku anaknya menyukai sepak bola, dirinya juga melihat bahwa anaknya sangat menyukai olahraga lari. Terbukti dengan anaknya yang terkenal memiliki kecepatan lari yang di atas rata-rata dari anak di sekolahnya. Keseharian yang dilakukan Sapto seperti anak normal biasanya, dirinya tidak pernah minder dengan kekurangan serta mudah dalam bergaul.
Sehingga yang membuatnya sekarang memiliki mental yang bagus sebagai juara. Meski tidak menemani masa kecil Sapto karena harus merantau ke Jakarta, Tulus mengaku hingga sekarang merasa sangat bangga dengan raihan yang diperoleh anak keduanya.
“Walau dia memiliki kekurangan di bagian tangannya dan memang cukup bandel masil kecil, tetapi masih wajar, kami sangat bangga dengan dia sekarang,” kata dia.
Terkait masalah fisik, menurut Tulus, pada saat bayi, Sapto terlahir normal, kemudian beberapa bulan setelah lahir, dirinya mengalami kejang-kejang hingga dibawa ke dokter. Ternyata anaknya mengalami sakit yang membuat tangannya mengalami kekurangan. Namun, meski mengalami kekurangan keluarganya tetap menyayangi.
Menjadi atlet profesional memang membuat Sapto jarang pulang ke rumah. Setelah event Paralimpiade di Tokyo pun, Sapto dikabarkan tidak akan langsung pulang ke rumah dan langsung menuju ke Papua untuk mengikut Pekan Olahraga Nasional (PON). Meski demikian, orang tua tetap mendoakan yang terbaik bagi anaknya.
Tulus mengungkapkan, prestasi Internasional yang berhasil diraih oleh Sapto diantaranya yakni mendapatkan medali perak di Asian Youth Para Games pada tahun 2017 di Dubai, kemduian medali emas di Wolrd Para Atletik Tahun 2018 di Cina, Medali Emas Asian para Games dan medai perunggu Paralumpic di Tokyo, Jepang.