Purwokerto, serayunews.com
Kepala Pewakilan BI Purwokerto, Rony Hartawan menjelaskan, curah hujan yang tinggi turut mendorong peningkatan hama dan penyakit tanaman. Selain mempengaruhi produksi cabai rawit, juga mempengaruhi tingkat produksi pada bawang merah.
“Tren kenaikan harga juga merupakan imbas dari penurunan luas tanam pada bulan Maret lalu. Di samping curah hujan yang tinggi, peningkatan harga pupuk, dan obat-obatan turut meningkatkan biaya produksi,” katanya, Sabtu (2/7/2022).
Rony menambahkan, perkembangan inflasi di Purwokerto sebelumnya pada bulan Juni. Wilayah Purwokerto utamanya bersumber dari peningkatan harga pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan andil sebesar 0,37% (mtm).
“Komoditas yang menjadi penyumbang inflasi terbesar pada periode ini adalah komoditas cabai merah, cabai rawit, bawang merah. Selain itu, kue kering berminyak, dan bakso siap santap. Di sisi lain, terdapat beberapa komoditas yang mengalami koreksi harga, seperti minyak goreng, daging ayam ras. Ada juga bawang putih, daging sapi dan pepaya. Dengan perkembangan tersebut, secara tahun kalender inflasi Purwokerto tercatat sebesar 4,46% (ytd) dan secara tahunan sebesar 6,11% (yoy). Capaian inflasi tahunan tersebut lebih tinggi daripada rata-rata historis inflasi Juni tahun 2019 sampai 2021 yang sebesar 1,69% (yoy),” katanya.
Sementara itu, perkembangan inflasi Kabupaten Cilacap bulan Juni, bersumber dari peningkatan harga kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang memberikan andil sebesar 0,60% (mtm).
Adapun komoditas yang menjadi penyumbang inflasi tertinggi adalah cabai merah, cabai rawit, bawang merah, telur ayam ras dan air kemasan.
Sementara itu, terdapat beberapa komoditas yang mencatatkan koreksi harga, utamanya daging ayam ras, angkutan antar kota, minyak goreng, bawang putih dan kacang panjang.
“Secara tahun kalender, inflasi Cilacap tercatat sebesar 5,00% (ytd). Adapun capaian inflasi secara tahunan dilaporkan sebesar 6,47% (yoy) pada posisi Juni 2022. Angka tersebut lebih tinggi daripada rata-rata historis inflasi Juni tahun 2019 s.d 2021 yang sebesar 1,46% (yoy),” ujarnya.
Sebagai langkah pengendalian inflasi, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Banyumas dan Cilacap telah melakukan beberapa upaya pengendalian inflasi secara sinergis. Seperti melalui pelaksanaan rapat koordinasi TPID untuk memastikan ketersediaan pasokan, khususnya komoditas sapi di tengah merebaknya wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) beserta upaya penanganannya melalui vaksinasi sapi, monitoring harga secara rutin serta koordinasi penguatan Kerjasama Antar Daerah (KAD).