SERAYUNEWS – Siapa sangka tradisi penerbangan balon udara saat momen Lebaran di Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, kini menjelma menjadi ajang internasional yang menyedot perhatian dunia. Awalnya tradisi penerbangan balon udara di Wonosobo dilepasliarkan.
Karena dinilai mengganggu dan membahayakan aktivitas penerbangan, tradisi penerbangan balon udara secara liar dikemas dengan Festival Balon Udara dengan cara ditambatkan.
Lambat laun, agenda Festival Balon Udara Wonosobo semakin diminati masyarakat dan wisatawan saat momen Lebaran.
Festival Mudik Wonosobo 2025 menjadi bukti nyata transformasi tradisi lokal menjadi karya seni yang mendunia.
Berawal dari kebiasaan masyarakat Wonosobo menyambut Lebaran dengan menerbangkan balon warna-warni, sebagai simbol syukur dan kebersamaan, kini tradisi tersebut naik kelas menjadi festival budaya yang mendunia.
Di tahun 2025 ini, festival bahkan diikuti seniman balon dari Brasil dan Kolombia yang turut menerbangkan balon spektakuler di langit Alun-Alun Wonosobo.
Sebanyak 40 lebih balon udara berukuran raksasa sukses diterbangkan dalam rangkaian Festival Mudik 2025 di Alun-alun Wonosobo, Minggu, 6 April 2025 kemarin.
Bupati Wonosobo Afif Nurhidayat menyebut, balon tradisional Wonosobo bukan hanya indah dipandang, tetapi juga menyimpan nilai luhur: gotong royong, kreativitas, dan filosofi kehidupan.
Tiap balon dirancang secara kolektif oleh masyarakat desa, dengan desain yang mencerminkan identitas budaya, sejarah, hingga tokoh lokal. Kini, keindahan itu dinikmati bukan hanya oleh warga lokal, tapi juga wisatawan internasional dan seniman dunia.
Ini bukan hanya soal menerbangkan balon. Ini soal mempertahankan tradisi, memperkenalkan budaya, dan menciptakan ruang kolaborasi antarbangsa.
Puncak Festival Mudik 2025 diselenggarakan Minggu (6/4) di Alun-Alun Wonosobo, dihadiri puluhan ribu pengunjung dari berbagai daerah dan negara. Sebanyak 40 balon dari berbagai desa di Wonosobo dan 1 balon dari Brasil menghiasi langit sejak pagi.
Festival ini merupakan penutup dari rangkaian kegiatan di 15 titik desa selama seminggu penuh. Yang membedakan festival ini dari sebelumnya adalah kolaborasi internasional.
Dengan kehadiran seniman luar negeri, festival ini resmi naik kelas menjadi go international event—sebuah pencapaian besar bagi tradisi lokal.
Seiring dengan semakin besarnya perhatian publik dan partisipasi peserta, Festival Mudik juga berinovasi dalam hal regulasi.
Bersama AirNav Indonesia dan Kementerian Perhubungan, panitia menegaskan pentingnya menaati aturan demi keamanan penerbangan nasional. Balon diterbangkan dengan sistem kontrol dan area yang telah disepakati, tanpa merusak esensi tradisi.
Transformasi balon udara Wonosobo adalah contoh sukses bagaimana tradisi tidak hanya dipertahankan, tetapi juga dikembangkan hingga mendunia.
Dari sebuah kebiasaan lokal yang dulu kerap dianggap membahayakan, kini menjadi panggung prestise, diplomasi budaya, dan kebanggaan Indonesia di mata dunia.
Wonosobo tidak hanya menjaga warisan, tapi juga mengemasnya dengan cara yang menginspirasi dunia. Dari lokal, untuk global.***