SERAYUNEWS – Dalam drama Korea When Life Gives You Tangerines, karakter Yang Gwan-sik yang diperankan oleh Park Bo-gum sering disebut sebagai contoh pasangan ideal atau “green flag.”
Istilah ini mengacu pada seseorang yang memiliki sikap positif dalam hubungan, seperti perhatian, kesetiaan, dan tanggung jawab.
Namun, apakah tindakan Gwan-sik benar-benar mencerminkan pasangan ideal, atau justru hanya memenuhi standar minimum yang seharusnya ada dalam hubungan?
Drama Korea ini tayang perdana di Netflix pada 7 Maret 2025. When Life Gives You Tangerines mengisahkan perjalanan hidup Oh Ae-sun (diperankan oleh IU), seorang perempuan yang berani mengejar impiannya menjadi penyair meskipun menghadapi tantangan seperti kemiskinan dan keterbatasan pendidikan.
Berlatar di Pulau Jeju pada era 1960-an, drama ini juga menyoroti sosok Yang Gwan-sik (Park Bo-gum), pria pendiam namun setia yang selalu berada di sisi Ae-sun.
Kisah mereka menggambarkan lika-liku kehidupan dan cinta dari masa muda hingga dewasa, dengan latar perubahan musim yang memperindah suasana Korea Selatan.
Sejak kecil hingga dewasa, Gwan-sik selalu ada untuk Ae-sun, wanita yang dicintainya.
Tumbuh di lingkungan patriarki, ia tetap menunjukkan kepeduliannya melalui berbagai tindakan. Berikut beberapa sikapnya yang menonjol dalam hubungan mereka:
Gwan-sik tak ragu membela Ae-sun, terutama saat keluarganya memperlakukannya dengan tidak adil.
Salah satu momen paling berani adalah ketika ia memilih membawa Ae-sun keluar dari rumah setelah konflik besar dengan ibu dan neneknya.
Keputusan ini menunjukkan bahwa ia lebih mengutamakan kebahagiaan pasangannya dibanding tekanan sosial dan keluarga.
Kesetiaan Gwan-sik terlihat sejak kecil. Ia tidak hanya menemani Ae-sun dalam kesulitan, tetapi juga selalu ada saat ia membutuhkan bantuan, mulai dari kesulitan mendapatkan makanan hingga saat harus berjualan di pasar.
Alih-alih menghalangi, Gwan-sik justru mendukung penuh mimpi Ae-sun menjadi penyair. Ia membelikan buku dan terus memberikan semangat agar Ae-sun tidak menyerah.
Sikap ini menunjukkan bahwa ia menghargai pasangannya bukan hanya sebagai istri, tetapi juga sebagai individu dengan ambisi sendiri.
Meskipun sibuk bekerja, Gwan-sik tetap membantu Ae-sun mengurus rumah dan anak.
Sayangnya, dalam masyarakat patriarki, tindakan seperti ini masih dianggap luar biasa, padahal seharusnya menjadi kewajiban bersama dalam hubungan yang sehat.
Saat Ae-sun meminta Gwan-sik pergi ke Seoul, ia menurut tanpa protes. Namun, ketika menyadari bahwa Ae-sun ingin tetap tinggal, ia kembali tanpa ragu.
Hal ini menunjukkan bahwa Gwan-sik menghormati keputusan pasangannya dan bersedia beradaptasi demi kebahagiaan bersama.
Salah satu bentuk dukungan terbesar Gwan-sik adalah mendorong Ae-sun untuk tetap melanjutkan pendidikan, meskipun ia sudah menjadi ibu.
Ia memahami bahwa pendidikan penting bagi masa depan Ae-sun dan tidak menganggapnya hanya sebagai ibu rumah tangga.
Banyak penggemar drama ini menganggap Gwan-sik sebagai contoh pasangan ideal. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa tindakannya hanyalah bentuk penghormatan dasar yang seharusnya dilakukan setiap pasangan dalam hubungan sehat.
Dari satu sisi, Gwan-sik memang memiliki banyak kualitas yang diharapkan dari pasangan yang baik.
Namun, jika melihat dari perspektif kesetaraan, tindakan seperti membantu pekerjaan rumah dan mendukung impian pasangan seharusnya bukan hal luar biasa, melainkan kewajiban dasar dalam hubungan yang sehat.
Karakter Yang Gwan-sik dalam When Life Gives You Tangerines menjadi simbol pasangan ideal di mata banyak penonton. Sikapnya yang penuh perhatian, setia, dan mendukung Ae-sun memang patut diapresiasi.
Namun, penting untuk menyadari bahwa banyak dari tindakannya sebenarnya merupakan standar minimum yang seharusnya dimiliki setiap pasangan dalam hubungan setara.
Pada akhirnya, apakah Gwan-sik adalah green flag atau hanya memenuhi standar minimum tergantung pada perspektif masing-masing.
Satu hal yang pasti, hubungan sehat harus didasarkan pada rasa hormat, dukungan, dan keseimbangan antara kedua belah pihak, bukan sekadar tindakan yang terlihat istimewa dalam konteks patriarki.***