CILACAP, SERAYUNEWS.com-Selama 13 tahun, warga Dusun Kewasen Desa Karangkandri Kecamatan Kesugihan terganggu dengan debu akibat aktivitas Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Karangkandri. Protes, warga memasang spanduk dengan berbagai tulisan di kampung yang bersebelahan dengan PLTU ini.
Berbagai tulisan diatas kain putih dipasang di pinggir jalan Laut Karangkandri. Beberapa diantaranya di depan rumah warga. ‘Selamat Datang di Kampung Debu’ begitu satu tulisan di spanduk yang terpasang.
Tidak hanya spanduk-spanduk sebagai aksi protes, mereka juga mendatangi Pendapa Wijayakusuma. Beraudiensi dengan Bupati Cilacap Tatto Suwarto Pamuji, serta jajarannya. Perwakilan warga bersama dengan Kepala Desa Karangkandi dan juga Camat Kesugihan diterima di ruang Prasandha Pendapa Wijayakusuma.
Imam Ratiman perwakilan warga Kewasen mengatakan adanya PLTU sangat berdampak terhadap kehidupan warga. Apalagi saat ini sudah ada empat.
“Lokasi kami berjarak 0 km dari PLTU, setiap hari selama 13 tahun ini kami hidup dengan debu, menyebabkan masyarakat dan juga anak-anak ini mengalami sakit ISPA, paru-paru, tuberkulosis, bronkhitis dan juga gatal-gatal,” ujarnya.
Akibat debu yang beterbangan sampai ke rumah warga, membuat warga harus membersihkan dengan menyapu sampai lima kali sehari. Apalagi rumah yangtidak berplafon, dipastikan bakal masuk ke dalam rumah.
“Debu-debu ini berasal dari fly ash, coal yard dan juga angkutan armada batubara yang berlalu lalang menuju ke PLTU,” katanya.
Imam juga mengatakan sebelum ada PLTU, pantai bisa dimanfaatkan masyarakat untuk mencari kayu bakar, bercocok tanam dan juga mencari ikan. Namun, saat ni ladang dan juga sawah menjadi kurang produktif, bahkan air sumur warga sudah kering, kotor.
“Kami menuntut agar ada pembayaran upah menyapu dan mengepel akibat debu di depan rumah kami, setiap hari sampai lima kali warga menyapu dan mengepel, pemasangan plafon rumah untuk mengurangi sebaran debu, karena kalau tidak diplafon sampai ke dalam rumah dan menuntut pemberhentian atau pengurangan armada angkut batubara, dan meminta armada fly ash menggunakan mobil tangki tertutup,” katanya.
Tuntutan lainnya, agar PLTU ada bantuan saluran PDAM, karena sumur warga sudah kotor, kering dan juga ayid. Selain itu juga meminta ada uang kesehatan akibat polusi debu batubara, penggantian pengobatan bagi warga yang terkena penyakit, dan juga penghijauan.
Warga juga menuntut ada pemberdayaan ekonomi melalui modal dan pendampingan, penyerapan tenaga lokal, dan meminta ada pembebasan lahan khusus warga RT 6 RW 5 yang berada di dalam plant.
“Kami juga meminta Bupati membentuk tim penyelesaian dampak PLTU Karangkandri, yang anggotanya terdiri dari pemkab, PLTU dan warga yang terdampak,” ujarnya.
Bupati Cilacap Tatto Suwarto Pamuji mengatakan jika apa yang menjadi tuntutan akan disampaikan dengan PLTU di Karangkandri. Pasalnya, pada audiensi kemarin, belum dihadirkan pihak dari PLTU Karangkandri.
“Usulan warga, nanti akan diselesaikan satu persatu sampai selesai, Saya dipihak warga. Jangan sampai dengan adanya industri di Cilacap yang nanti banyak, tetapi menyengsarakan warga, tapi harus bisa menyejahterakan warga, jadi nanti akan diselesaikan,” katanya.(AS)