SERAYUNEWS—- Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) telah menjatuhkan sanksi pemberhentian tetap untuk Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI Hasyim Asy’ari terkait kasus dugaan asusila. Lantas siapakah sosok yang selalu tampil flamboyan ini ?
Hasyim Asy’ari, bukanlah sosok baru di KPU. Dalam rekam jejaknya, Hasyim Asy’ari tercatat memperkuat KPU sejak 2003.
Saat itu, Hasyim Asy’ari menjadi Anggota KPU Provinsi Jawa Tengah hingga 2008. Langkahnya di KPU terus berkembang, ia bergabung dengan KPU RI tahun 2016 untuk mengisi jabatan kosong karena Ketua KPU Husni Kamil Malik, meninggal dunia.
Pada periode berikutnya yakni 2017-2022, Hasyim Asy’ari kembali mendedikasikan dirinya pada negeri dengan menjadi anggota KPU Republik Indonesia. Akhirnya, ia menjadi ketua KPU Republik Indonesia periode 2022-2027.
Ketertarikan pria kelahiran Pati 3 Maret 1973 ini sepertinya memang tidak sebatas mencari kerja. Ia sudah memulainya sejak 1998-1999 dengan menjadi Sekretaris Presidium Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP) Pemilu 1999, Kabupaten Kudus.
Jejaknya terus menanjak, pada tahun 1999, Hasyim Asy’ari kemudian menjabat Sekretaris Presidium Komite Independen Pemantau Parlemen, Kabupaten Kudus.
Hasyim merupakan lulusan Hukum Tata Negara (HTN) Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) tahun 1995.
Saat kuliah, Hasyim bergabung dalam Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.
Ia juga pernah menjabat sebagai Sekretaris Senat Mahasiswa Fakultas Hukum Unsoed. Tak hanya itu, ia juga pernah meraih Mahasiswa Berprestasi Utama I tingkat Unsoed.
Selama mahasiswa, Hasyim menjadi salah satu aktivis kampus menentang Orde Baru. Di kampus, Hasyim menginisiasi Lembaga Kajian Hukum dan Sosial (LKHS) dan kini menjadi salah satu unit kegiatan mahasiswa yang bergengsi.
Saat menjadi mahasiswa itu, Hasyim sudah kerap turun ke jalan. Salah satunya menentang kebijakan Presiden Soeharto yang melegalkan judi lotre lewat Sumbangan Dermawan Sosial Berhadiah (SDSB). Kala itu, dalihnya adalah untuk mengembangkan olahraga di Indonesia.
Hasyim menjadi orator dan memimpin aksi. Massa yang terkumpul kala itu mencapai lebih dari 3 ribu orang. Sebuah massa yang sangat besar di sebuah kota kecil Purwokerto di era rezim Soeharto.
Selain itu, Hasyim juga mengenyam pendidikan yang berbasis keagamaan. Ia belajar ilmu agama di Pesantren Al-Hidayah, Karangsuci, Purwokerto pada 1991-1995.
Sebagai santri, Hasyim Asy’ari banyak ikut organisasi. Di antaranya adalah Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), anggota Lajnah Bahtsul Masa’il Diniyyah, Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah, Semarang (2000-2003) hingga Wakil Ketua Pengurus Wilayah Gerakan Pemuda (GP) Ansor Jawa Tengah (2010-2014).
Pendidikan Hasyim Asy’ari semakin melejit ketika menyelesaikan program magister di Universitas Gadjah Mada tahun 1998 dan program doktoral di University of Malaya tahun 2012.
Sebelum terjun ke KPU, Hasyim Asy’ari lebih dulu mengabdi menjadi dosen program doktor Ilmu Kepolisian di Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK) hingga dosen di Universitas Diponegoro.***(O Gozali)