SERAYUNEWS – Isra Mi’raj adalah salah satu peristiwa paling luar biasa dalam sejarah Islam. Perjalanan spiritual ini membawa Nabi Muhammad SAW ke langit dan menjadi pondasi utama dalam ajaran Islam.
Namun, apa sebenarnya makna di balik kejadian ini? Mari kita bahas kisahnya serta hikmah yang bisa kita ambil dalam kehidupan sehari-hari.
Isra Mi’raj terjadi pada malam 27 Rajab, tahun ke-10 kenabian. Peristiwa ini diawali dengan perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram di Mekah menuju Masjidil Aqsa di Yerusalem, yang dikenal sebagai Isra.
Setelah itu, beliau naik ke langit melalui tangga yang disebut “Mikraj”.
Dalam perjalanannya, Nabi Muhammad SAW bertemu dengan beberapa nabi terdahulu, termasuk Nabi Musa dan Nabi Isa.
Pada puncaknya, beliau bertemu dengan Allah SWT dan menerima perintah shalat lima waktu.
Setelah itu, Nabi Muhammad SAW kembali ke Mekah dan melanjutkan dakwahnya dengan membawa amanah penting ini.
Isra Mi’raj adalah salah satu bukti kebesaran Allah SWT yang menunjukkan bahwa segala sesuatu berada dalam genggaman-Nya.
Dalam Surah Al-Isra ayat 1, disebutkan bagaimana Allah memperjalankan Nabi Muhammad SAW dalam satu malam, mengajarkan bahwa keimanan sejati harus didasarkan pada keyakinan yang kuat terhadap kebesaran-Nya.
Salah satu momen terpenting dari Isra Mi’raj adalah diwajibkannya salat lima waktu.
Berbeda dengan kewajiban lain yang diturunkan melalui wahyu, perintah salat langsung diterima oleh Nabi Muhammad SAW dalam pertemuannya dengan Allah SWT.
Hal ini menunjukkan bahwa salat adalah ibadah utama yang menjadi pondasi agama Islam dan tidak boleh ditinggalkan.
Banyak orang pada masa itu meragukan peristiwa Isra Mi’raj karena dianggap tidak masuk akal.
Namun, keimanan tidak selalu didasarkan pada logika manusia, melainkan pada keyakinan akan kebesaran Allah SWT.
Hal ini mengajarkan bahwa keimanan sejati akan diuji dan hanya mereka yang memiliki keyakinan kuat yang akan tetap teguh dalam Islam.
Dalam perjalanan Mi’raj, Nabi Muhammad SAW diberi pilihan antara susu dan khamr (minuman keras).
Beliau memilih susu, dan Malaikat Jibril AS mengatakan bahwa ini adalah simbol kesucian Islam.
Hal ini menegaskan bahwa Islam adalah agama fitrah yang menuntun umatnya pada jalan yang lurus dan suci.
Dalam Surah Al-Isra ayat 1, Nabi Muhammad SAW disebut sebagai ‘abdun (hamba), yang menandakan bahwa kedudukan tertinggi di sisi Allah adalah menjadi hamba yang taat.
Bahkan, ketika diberikan pilihan untuk menjadi nabi sekaligus raja atau nabi sebagai hamba, beliau memilih menjadi hamba yang rendah hati.
Hal ini mengajarkan kita pentingnya sikap tawadhu dalam kehidupan sehari-hari.
Peristiwa Isra Mi’raj bukan hanya sekadar perjalanan luar biasa, tetapi juga mengandung banyak pelajaran berharga bagi umat Islam.
Dari pondasi keimanan, pentingnya salat, ujian keimanan, hingga kesucian Islam, semua mengajarkan kita untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Semoga kita dapat mengambil hikmah dari peristiwa ini dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.***