Purbalingga, serayunews.com
Beberapa tahun ini, tidak sulit menemukan tempat kontes burung kicau. Meskipun dengan konsep sederhana, berupa tempat dengan banyak gantungan atau gantangan beratap seng. Tempat semacam ini, secara rutin mengadakan acara, entah kontes maupun hanya latihan bersama atau latber.
Dulu pehobi burung kicau, sebatas menikmati suaranya di rumah saat santai. Kini tak hanya sebatas hobi, tapi kini jadi peluang mendatangkan rupiah juga. Sebab, harga burung kicau dan beragam pendukung lainnya juga bernilai tinggi.
“Kalau latber itu tiap minggu ada, salah satunya di kompleks pasar hewan,” kata pehobi burung kicau Purbalingga, Awan, Minggu (25/12/2022).
Minggu, menjadi hari yang dinanti oleh kicau mania. Mereka akan membawa koleksinya, untuk dilatih jadi juara. Pemiliknya, bersilaturahmi dengan sesama pehobi. Tukar tips dan trik dan kadang terjadi transaksi, ketika ada burung yang dinilai berpotensi.
Kalau bicara rupiah, menggeluti hobi burung juga bisa menghasilkan begitu banyak nominal. Harga burung yang sudah jadi jawara, bisa berharga mencapai puluhan juta rupiah.
“Untuk burung murai saja, anakan belum keluar bulu sudah bisa dijual Rp500 ribu, itu bisa lebih mahal kalau induknya induk juara,” kata dia yang juga membudidaya.
Pehobi lainnya, Aji mengaku, hobi burung kicau tidak sebatas menikmati kicauannya saja. Ada sensasi tersendiri, saat merawat burung untuk bisa jadi jawara. Bagaimana agar bisa berkicau bagus, jinak, dan tampilan keren.
“Sudah bisa rilis stress kalau sudah bergelut dengan burung, bisa melepas penat dari aktivitas sehari-hari,” ujarnya.
Menekuni hobi tapi juga tidak menutup kemungkinan mendapatkan hoki. Salah satu koleksinya, ada yang nilainya lebih dari Rp60 juta. Sampai nilai segitu, tentunya karena si burung sudah beberapa kali menjadi juara dalam kontes.
Berkembangnya hobi burung kicau, memberikan dampak para perputaran ekonomi masyarakat. Satu yang jelas terlihat, menjamur kios penyedia pakan, sampai kandang. Bagi wilayah yang biasa produksi kerajinan bambu, bisa juga membuat kandang.
Seperti di Desa Bojongsari, ada satu komplek yang warganya menekuni budidaya jangkrik. Pasar masih terbuka lebar memasok kebutuhan di Purbalingga.
“Di desa saya (Bojongsari, red) dalam satu grumbul ada puluhan yang budidaya jangkrik untuk pakan burung,” kata Armin.
Multiplier effect lainnya, setiap kontes atau sebatas latber, pedagang rames, minuman, dan jajanan tentu ikut kecipratan keuntungan.