SERAYUNEWS– Tengah malam, azan berkumandang di pojok Desa Karangsalam, Kecamatan Baturraden, Kabupaten Banyumas. Puluhan warga berkumpul bersiap mengitari pinggiran desa, Rabu (10/7/2024) malam. Ada empat sudut yang akan disambangi, pada tradisi Ider Ider Desa.
Sebelumnya, mereka telah mandi dan berwudu di sungai Lirip. Kemudian melaksanakan salat hajat di masjid setempat. Selanjutnya, rombongan yang dipimpin sesepuh menuju sisi barat lapangan.
Pojok pertama yang menjadi titik awal dimulainya perjalanan. Menyusuri tepian wilayah desa, melewati sawah dan perkebunan. Jalan kaki sembari membaca asmaul husna serta doa-doa.
Di pojok kedua, di tepi sungai, kembali menyalakan upet, dan mengumandangkan azan. Dilanjutkan dengan tahlil dan doa. Kemudian melanjutkan perjalanan ke pojok-pojok desa selanjutnya, dan mengulang rangkaian yang sama.
Setelah kembali ke titik awal, rombongan berjalan ke kantor balai desa. Membentuk posisi melingkar, mereka kembali melantunkan azan, membaca doa tahlil, dan berselawat sembari membubarkan diri.
“Tradisi ini sudah turun temurun sejak lama, meneruskan apa yang dilakukan oleh sesepuh terdahulu. Saya kecil sudah ada ini, saya lahir tahun 70-an, dan mbah saya salah satu yang mengawali Ider Ider Desa,” kata salah satu warga Karangsalam, Daryanto, Rabu malam.
Ketika dirinya sudah remaja, dia diberi penjelasan oleh kakek dan ayahnya, tentang asal usul dan tujuan Ider Desa. Ider desa ini dilakukan tak lain bertujuan untuk penangkal musibah. Memanjatkan doa untuk diberikan kesehatan, keselamatan, dan berkah dalam kehidupan.
Berjalan menyusuri tepian wilayah desa, sembari memanjatkan doa, tak lain sebagai upaya untuk membentengi wilayah dari malapetaka. Sehingga warganya bisa hidup sehat terlindung dari penyakit, hasil pertanian subur tak diserang hama, serta masyarakat hidup damai sejahtera.
“Meminta keselamatan kepada Allah SWT, untuk mendapatkan keselamatan banyak-banyak membaca asmaul husna. Maka dari itu, saat jalan sambil membaca asmaul husna,” katanya.
Dia menjelaskan, jika Ider Ider Desa dahulu, itu dilakukan tidak dalam rombongan besar. Selalu dengan jumlah ganjil, mulai 3, 5, 7, sampai 9 orang. Mereka adalah tokoh agama dan sesepuh desa.
“Kalau dulu memang hanya dilakukan dengan jumlah orang ganjil dan tidak banyak. Tapi semakin kesini banyak yang berminat, itu baik, karena mau merawat tradisi,” katanya.
Ider ider desa ini dilakukan setiap bulan Suro atau bulan muharam. Jika dalam ajaran Islam, bulan Muharam merupakan salah satu bulan istimewa. Pahala dari ibadah di bulan muharram akan dilipatgandakan oleh Allah SWT. Menjadikannya waktu yang sangat istimewa untuk memperbanyak amal ibadah.
“Kalau di Islam, Muharram itu bulan istimewa, diajarkan untuk memperbanyak ibadah, memperbanyak doa,” katanya.
Sehari sebelum selesainya acara Ider Ider Desa, dilakukan penyembelihan kerbau. Daging dimasak bersama, dan untuk disantap bersama seluruh warga. “Besok ada penyembelihan kerbau, nanti untuk dimasak dan dimakan bersama. Makan bersama harapannya bisa menjadi perekat hubungan antar warga,” kata dia.