
SERAYUNEWS- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali bergerak terbatas pada perdagangan Rabu (3/12/2025).
Indeks ditutup melemah tipis 0,06% ke level 8.611,79, mencerminkan pasar masih berkonsolidasi di area 8.600-an di tengah tekanan eksternal dan minimnya sentimen domestik baru.
Pelemahan ini juga sejalan dengan pergerakan rupiah yang ikut terkoreksi terhadap dolar Amerika Serikat. Melansir berbagai sumber, berikut penjelasan selengkapnya:
Data Bursa Efek Indonesia mencatat nilai transaksi harian mencapai Rp21,2 triliun dengan frekuensi 2,72 juta kali dan volume 46,3 miliar lembar saham.
Investor asing tercatat melakukan net sell sebesar Rp229,60 miliar di pasar reguler, meskipun secara keseluruhan masih mengantongi net buy Rp70,25 miliar.
Secara teknikal, pergerakan IHSG yang cenderung mendatar menunjukkan pasar masih menunggu arah baru menjelang rilis kebijakan moneter dari Amerika Serikat dan Bank Indonesia pada akhir tahun.
Tiga sektor melemah dari total 11 sektor, namun sektor teknologi justru menjadi penopang penguatan dengan lonjakan mencapai 1,54%. Sejumlah saham tech yang menjadi motor penggerak IHSG di antaranya:
⦁ DCII +8,24%
⦁ FILM +6,25%
⦁ MORA +9,90%
Sebaliknya, saham-saham unggulan sektor perbankan tertekan dan menjadi pemberat indeks:
⦁ DSSA –3,10%
⦁ BBRI –1,35%
⦁ BBCA –0,90%
Tekanan pada sektor perbankan mencerminkan kekhawatiran pasar terkait perlambatan penyaluran kredit dan belum optimalnya transmisi penurunan suku bunga Bank Indonesia selama 2024–2025.
Rupiah spot ditutup tersungkur 10 poin ke level Rp16.628 per dolar AS. Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi, memproyeksikan rupiah masih berpotensi bergerak fluktuatif dan ditutup melemah pada perdagangan Jumat. Ia memperkirakan kurs berada di rentang Rp16.620–16.640 per dolar AS.
Penguatan dolar AS menjadi faktor utama pelemahan rupiah, terutama setelah pasar memperkirakan probabilitas 90% bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga pada pertemuan 9–10 Desember 2025.
Kondisi global menjadi penekan utama pasar domestik. Ekspektasi pasar bahwa The Fed akan memulai fase pemangkasan suku bunga memicu volatilitas aset berisiko. Selain itu:
Sinyal melemahnya ekonomi AS memperkuat spekulasi penurunan suku bunga.
Pertemuan lima jam antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan utusan Presiden AS Donald Trump gagal menghasilkan solusi damai bagi Ukraina.
Ketidakpastian geopolitik ini meningkatkan risiko pasar global dan menekan aliran modal ke negara berkembang, termasuk Indonesia.
Di tengah dinamika pasar, regulator memberikan kabar positif. OJK resmi menerbitkan SEOJK No. 25/SEOJK.04/2025, yang mengatur:
⦁ Verifikasi pesanan efek
⦁ Mekanisme alokasi saham IPO
⦁ Penyelesaian pemesanan secara elektronik
Kebijakan ini membatasi investor untuk memesan maksimal 10% dari total efek yang ditawarkan, sehingga memberi peluang lebih besar bagi investor ritel.
Selain itu, skema alokasi IPO kini berubah menjadi 1:1 antara ritel dan non-ritel, dari sebelumnya 1:2. Perubahan ini diharapkan bisa:
⦁ Meningkatkan pemerataan distribusi saham
⦁ Menekan praktik oversubscribe berlebihan
⦁ Menjaga stabilitas harga saham baru saat listing
Sementara itu, dari sisi korporasi, manuver agresif dilakukan United Tractors (UNTR) yang mendirikan entitas baru bernama PT Nusantara Industri Nikel Lestari (NINL).
Perusahaan ini difokuskan pada industri logam dasar bukan besi dan perdagangan logam.
Struktur kepemilikan NINL terdiri atas:
⦁ PT Danusa Tambang Nusantara – 99,90%
⦁ PT Energia Prima Nusantara – 0,10%
Pendirian NINL memperpanjang daftar ekspansi UNTR, yang sebelumnya meliputi:
⦁ Akuisisi dua perusahaan tambang emas senilai USD 540 juta
⦁ Pengembangan proyek PLTM Besai Kemu 2×3,5 MW di Lampung
⦁ Produksi listrik 33,4 GWh per tahun untuk suplai PLN
Langkah ini menegaskan strategi UNTR memperkuat diversifikasi bisnis dari sektor alat berat menuju energi dan tambang hijau.
Mega Capital merilis lima saham yang direkomendasikan hari ini:
1. SCMA
⦁ Buy: 396–398
⦁ TP: 410–420
⦁ Stop Loss: 376
2. MLPL
⦁ Buy: 165–167
⦁ TP: 171–179
⦁ Stop Loss: 157
3. DOOH
⦁ Buy: 220–222
⦁ TP: 226–236
⦁ Stop Loss: 206
4. HUMI
⦁ Buy: 174–176
⦁ TP: 182–188
⦁ Stop Loss: 163
5. PGAS
⦁ Buy: 1.850–1.860
⦁ TP: 1.880–1.895
⦁ Stop Loss: 1.745
Catatan: Rekomendasi ini bersifat informatif dan bukan arahan membeli atau menjual saham. Investor diminta menyesuaikan keputusan perdagangan dengan profil risiko masing-masing.
Pelemahan serempak IHSG dan rupiah menunjukkan tekanan jangka pendek akibat sentimen global. Namun, sejumlah faktor masih berpotensi menopang pasar, seperti:
⦁ Ruang pelonggaran suku bunga BI hingga 50 basis poin menurut OECD
⦁ Aturan baru OJK yang memperkuat porsi investor ritel
⦁ Optimisme terhadap ekspansi korporasi besar seperti UNTR
Dengan kondisi yang dinamis, investor disarankan fokus pada saham berfundamental kuat, terutama di sektor teknologi, energi, dan manufaktur yang masih mencatatkan kenaikan permintaan.