SERAYUNEWS— Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (Ketum DMI), Jusuf Kalla (JK) menghimbau agar masyarakat bijak dalam menggunakan toa atau pelantanng (pengeras suara) masjid.
JK mencontohkan terkadang ada masjid yang seperti bertanding toa. Ada juga masjid yang menyalakan keras volume pelantang, sehingga mengganggu masyarakat sekitar.
“Jadi jangan masjid itu justru menjadi orang menjadi, ‘ah, kenapa ada majid dekat sini’, akhirnya rumah dekat masjid harganya murah. Tidak ada mau ngontrak rumah dekat masjid. Ada juga kayak bapak saya kalau mau beli rumah harus dekat masjid. Tapi banyak juga orang tidak mau. Terutama kalau ada bayinya, ada yang sakit,” kata JK saat memberi sambutan di acara Muktamar VIII DMI, di The Sultan Hotel & Residence Jakarta (1/3/2024).
Imbauan JK bukan kali ini saja. Pada 2023 JK juga meminta agar pengeras suara masjid bagian luar dipakai hanya untuk azan dan ikamah.
“Pengeras suara luar hanya untuk azan, ikamah, dengan volume suara terukur tidak saling melampaui antara satu masjid dengan masjid lainnya,” kata Jusuf Kalla lewat keterangan tertulisnya (25/3/2023).
Pada 2021, JK menyebut sebagian besar pelantang masjid di Indonesia mengeluarkan suara yang jelek. JK mengatakan suara dari masjid itu itu bisa didengar, tapi tidak dimengerti.
“Padahal kita dewan masjid sejak 10 tahun sudah mempunyai program untuk perbaikan sound system masjid. 75% Masjid di Indonesia jelek suaranya, didengar tidak mengerti, sedangkan waktu kita di masjid itu 80% mendengar, 20% ibadah atau salat,” ujar JK (19/10/2021).
Bahkan pada 2022, JK selaku Ketua DMI Pusat mengusulkan gagasan agar ada pengaturan pengeras suara masjid. Menurut JK aturan pengeras suara masjid sebenarnya adalah aturan yang baik, agar azan lebih bermakna dan terdengar syahdu.
“Saya sendiri yang mengusulkan aturan itu. Prinsipnya memberi makna dan kesyahduan atau kekhidmatan azan.”
Aturan yang JK maksud adalah Surat Edaran Menteri Agama No SE 05 tahun 2022 tentang Pedoman Penggunaan Pengeras Suara di Masjid dan Musala, yang terbit pada 18 Februari 2022.
Menurut Surat Edaran tersebut, pengeras suara luar adalah pengeras suara yang arahnya ke luar masjid dan ditujukan untuk masyarakat di luar ruangan masjid atau musala.
Sementara itu, pengeras suara dalam adalah perangkat pengeras suara masjid yang arahnya ke dalam ruangan masjid atau musala.
Berikut ketentuan penggunaan pengeras suara luar.
– Pembacaan Alquran atau selawat sebelum azan salat lima waktu dalam jangka waktu maksimal 10 menit.
– Pengumandangan azan salat lima waktu.
– Takbir pada tanggal 1 Syawal atau 10 Zulhijah di masjid atau musala dapat berlangsung hingga pukul 22.00 waktu setempat.
– Pelaksanaan Salat Idulfitri dan Iduladha.
– Upacara peringatan hari besar Islam atau pengajian apabila pengunjung melimpah ke luar arena masjid atau musala.
Berikut ketentuan penggunaan pengeras suara dalam.
– Pelaksanaan salat lima waktu, zikir, dan doa setelah salat lima waktu.
Pengumuman mengenai petugas jumat, hasil infak sedekah, pelaksanaan khutbah jumat.
– Penggunaan di bulan Ramadan, yaitu pelaksanaan salat tarawih, ceramah atau kajian Ramadan, dan tadarus Alquran.
Takbir pada tanggal 1 Syawal atau 10 Zulhijah di masjid atau musala setelah pukul 22.00 waktu setempat.
– Takbir Iduladha di hari tasyrik pada tanggal 11 – 13 Zulhijah dikumandangkan setelah pelaksanaan Salat Rawatib.
– Upacara peringatan hari besar Islam atau pengajian.
Menurut Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas, aturan tersebut untuk meningkatkan ketenteraman, ketertiban, dan keharmonisan antar warga masyarakat.*** (O Gozali)