“Industri jamu bisa tumbuh 20-25 persen. Makanya jangan loyo,” kata Sandiaga kepada SerayuNews.
Optimisme Sandi –begitu ia biasa disapa- terhadap industri jamu mengacu kepada pertumbuhan industri herbal dari Korea Selatan. Kolaborasi antara pemerintah, dunia usaha, dan UMKM akan mampu mendorong pertumbuhan industri jamu. Bukan hanya pertumbuhan industri, lanjut Sandi, berkembangnya industri jamu diyakini akan melestarikan budaya. “Karena Industri ini berbasis kearifan lokal,” ujarnya.
Ketertarikan Sandi terhadap industri jamu tak main-main. Kepada Ketua PPJAI Mukit Hendrayatno, Sandi berjanji akan mengunjungi salah satu sentra industri jamu di Cilacap dan Banyumas pada Februari mendatang. Mukit mengapresiasi rencana tersebut. Mukit berharap kolaborasi antara Sandi sebagai ikon dunia usaha dengan UMKM mampu menggairahkan industri jamu di Cilacap dan Banyumas.
Mendorong pertumbuhan industri sektor riil menjadi salah satu kesibukan Sandi belakangan ini setelah kompetisi demokrasi Pemilihan Presiden 2019. Sandi, Calon Wakil Presiden, yang berpasangan dengan Prabowo Subianto kalah dengan pasangan Joko Widodo dan K.H. Ma’ruf Amin.
Meski kalah, menurut Mukit, Sandi tak menampakkan luka yang mendalam.
“Beliau terlihat tegar dan mampu memotivasi kita. Mungkin kalau saya di posisi Bang Sandi, ngambeknya belum selesai,” kata Mukit disambut tawa peserta Mentoring Bisnis Keluarga Besar PII.
Sandi tersenyum mendengar pujian Mukit. Sandi mengatakan motivasi untuk mendorong sektor UMKM merupakan langkah agar tercipta lapangan kerja baru. Ini adalah upaya untuk mengantisipasi hilangnya lapangan pekerjaan lama karena disrupsi ekonomi.
Kunci menggeliatkan UMKM adalah menghadirkan teknologi 4.0. Dalam forum mentoring bisnis Entrepreneur Merdeka Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia pendiri Group Bisnis Saratoga ini mengurai industri apa saja yang bertahan dan berkembang seiring dengan revolusi industri 4.0. Sandi mencontohkan salah satu produk madu anak dari Cilacap Jawa Tengah, Gizidat, yang memformulasi bahan baku madu dan ikan sidat sebagai bisnis yang memanfaatkan teknologi 4.0.
Sandi menilai dengan teknologi 4.0 produsen bisa menekan ongkos pemasaran yang berbiaya mahal jika menggunakan cara-cara lama. “Pemasaran bisa menggunakan influencer yang berbiaya lebih hemat,” ujarnya. Selain Sandi, forum mentoring bisnis ini dihadiri pengusaha nasional seperti Soetrisno Bachir dan Andy Arslan Djunaid, pendiri Koperasi Kospin Jasa.