Purbalingga, serayunews.com
“Parade kebaya ini dilombakan. Panitia memilih lima pemenang favorit yang berpenampilan terbaik dalam parade kebaya ini. Penilai para peserta adalah dewan juri yang masing-masing adalah Failani, Anton Yuliarto dan Chyntia,” kata ketua Dharma Wanita Persatuan Pemkab Purbalingga RA Diyah Surastri, selaku ketua panitia kegiatan.
Perhelatan tersebut digagas oleh Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) bersama Dharma Wanita Persatuan dan Dinas Sosial Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perlindungan Perempuan dan Anak (Dinsosdalduk KBP3A).
“Ini juga merupakan bagian dari kampanye Kebaya Goes Unesco,” terangnya.
Dewan juri akhirnya memutuskan lima pemenang. Masing-masing pemenang favorit pertama adalah Cahyani Dwi Hargani (Kepala Desa Jetis), pemenang favorit kedua Endah Dwi Kurniati (Kecamatan Karangmoncol). Pemenang favorit ketiga Astuti (Aisyiyah Muhammadiyah Purbalingga), pemenang favorit keempat Intan Nur Atalla (HARPI) dan Lhisa Dedy Kurniawan (Kecamatan Karangjambu).
“Saya tidak menduga bisa menjadi pemenang favorit pertama. Keikutsertaan dalam event ini awalnya hanya untuk meramaikan dan menyemarakkan peringatan Hari Ibu dan HUT Purbalingga ke 192. Senang rasanya bisa menjadi pemenang,” kata Icha, sapaan Cahyani Dwi Hargani.
Dalam kesempatan yang sama Bupati Tiwi menyampaikan parade kebaya melibatkan seluruh elemen perempuan di Kabupaten Purbalingga. Elemen itu mulai dari bupati, Sekda, istri Forkopimda, pimpinan dan anggota DPRD Perempuan. Lalu, istri/pejabat lembaga vertikal, istri camat, kepala desa perempuan termasuk seluruh organisasi kewanitaan.
Usai fashion show, masing-masing perwakilan elemen di atas, menandatangani Dukungan Kebaya Goes To Unesco.
“Kami seluruh elemen perempuan di Purbalingga memberikan dukungan agar Kebaya sebagai salah satu identitas wanita Indonesia ini mendapatkan pengesahan secara resmi dari Unesco,” imbuh Tiwi.