SERAYUNEWS– Sudah menjadi tradisi bagi masyarakat di Banjarnegara, menggelar ritual Nyadran saat menjelang bulan suci Ramadhan. Dilansir dari Wikipedia, istilah Nyadran berasal dari bahasa Sanskerta yaitu dari kata Sraddha yang artinya keyakinan.
Tradisi tersebut awalnya bentuk kepercayaan masyarakat, terhadap nenek moyang atau animisme. Pada perkembangannya, setelah agama Islam masuk tanah Jawa melalui Wali Songo, tradisi Sraddha mengalami perubahan.
Jika sebelum Islam, Sraddha hanya untuk memperoleh berkah. Namun oleh Wali Songo tradisi tersebut jadi media dakwah dengan mengganti ucapan mantra menjadi doa Islam.
Seperti yang berlangsung di Desa Sirkandi Kecamatan Purwareja Klampok Banjarnegara, Jumat (23/2/2024) lalu. Ratusan warga Sirkandi menggendong rinjing (Keranjang Bambu) berisi nasi tumpeng, lengkap dengan lauk pauknya. Mereka mendatangi Tempat Pemakaman Umum (TPU) Kebo Kuning desa setempat.
Menurut Kepala Desa Sirkandi, Giri Sarono, kegiatan tersebut merupakan ritual Nyadran yang berisi kegiatan bersih makam, berkirim doa kepada para arwah leluhur.
“Nyadran menjelang bulan puasa dan sudah menjadi tradisi masyarakat. Ini tradisi turun temurun dari nenek moyang,” katanya.
Menurut Giri, setiap jelang ramadan, masyarakat biasanya mengunjungi makam leluhur untuk membersihkan makam dan mendoakannya. Mereka membawa tempeng lengkap dengan lauk pauk, sebagai simbol kebersamaan dan kerukunan sesama warga masyarakat.
Setelah selesai bersih-bersih dan mendoakan, warga akan menikmati makanan bersama-sama di lokasi itu juga.
“Sebagai bentuk kebersamaan, usai berdoa warga saling tukar nasi tumpeng berserta lauk pauk. Kemudian mereka makan bersama di area pemakaman Kebo Kuning,” katanya.
Berbeda lagi dengan warga Desa Sembawa Kecamatan Kalibening Banjarnegara. Setiap jelang ramadhan, warga satu desa melakukan kerja bakti bersih-bersih tempat pemakaman umum. Mereka juga membersihkan sarana ibadah masjid dan mushola.
Kepala Desa Sembawa, Yoga mengatakan, kegiatan tersebut sebagai bentuk rasa syukur atas apa yang ada selama ini. Termasuk mendoakan arwah leluhur, maupun keluarga yang sudah mendahului.
“Kegiatan di tutup dengan bersih masjid dan mushola sebagai bentuk wujud rasa kesiapan menyambut bulan suci ramadhan,” katanya.