SERAYUNEWS – Di tengah banjir informasi instan dan ledakan konten media sosial, profesi jurnalis masih dianggap sebagai “penjaga terakhir” kebenaran.
Wakil Ketua DPRD Jawa Tengah, Setya Arinugroho, menegaskan bahwa wartawan tetap tak tergantikan meski diserbu hoaks dan judul sensasional yang hanya mengejar klik.
Pernyataan itu ia sampaikan dalam Forum Group Discussion (FGD) bertajuk “Jurnalis di Era Digital: Antara Konten, Cuan, dan Tantangan” bersama para wartawan di Purwokerto, Minggu (31/8/2025).
Setya menilai jurnalis kini menghadapi tantangan serius, mulai dari derasnya informasi palsu, persaingan dengan konten kreator, hingga tekanan ekonomi media.
“Profesi wartawan memang mengalami disrupsi, karena semua orang bisa bikin konten dan mengklaim diri sebagai penyampai informasi. Tapi justru di sinilah peran wartawan sangat penting, karena yang dibutuhkan pemangku kebijakan adalah data yang valid dan bisa dipertanggungjawabkan,” tegasnya.
Ia juga menyinggung persoalan kemiskinan di Jawa Tengah bagian selatan.
“Kalau kemiskinan di Jateng Selatan diberitakan secara masif dengan data yang akurat, maka pemerintah pusat juga akan lebih cepat memberi perhatian,” jelasnya.
Ketua PWI Banyumas, Lilik Darmawan, menyebut publik masih menaruh kepercayaan besar pada media arus utama.
“Dari hasil survei, rata-rata tingkat kepercayaan publik terhadap media masih di atas 60 persen. Jurnalisme tidak akan pernah mati,” ujarnya.
Meski begitu, Lilik mengingatkan wartawan agar tidak tergoda dengan “jebakan klik”. “Kode etik dan independensi adalah modal utama menjaga kepercayaan publik. Jangan terjebak judul bombastis atau berita tanpa verifikasi,” pesannya.
Founder Lintang Akademi, Selastio Fadli, menyoroti pergeseran pola konsumsi media. Menurutnya, masyarakat kini cenderung malas membaca berita panjang dan lebih memilih ringkasan visual atau video singkat.
“Dulu orang betah membaca berita panjang di koran, sekarang bahkan artikel online pun sering dilewati. Mereka lebih memilih ringkasan visual atau video singkat,” ujarnya.
Meski begitu, Selastio optimistis profesi jurnalis tidak akan tergantikan, bahkan oleh kecerdasan buatan (AI).
“AI ke depan akan belajar dan menyerap informasi dari produk jurnalisme yang kredibel. Jadi jangan khawatir, pekerjaan wartawan tetap relevan. Media tidak hanya menjual berita, tetapi juga menjual pengaruh, membangun opini publik, dan menciptakan arah diskursus masyarakat. Itu nilai lebih yang bisa terus menghasilkan cuan, bukan sekadar dari klik semata,” tandasnya.