Adakalanya sebuah komunitas memiliki aturan tak tertulis. Aturan itu atau kebiasaan itu turun temurun sampai saat ini. Salah satu kepercayaan seperti itu ada di Komunitas Tajakembang di Dusun Kujang, Desa Cijeruk, Kecamatan Dayeuhluhur, Kabupaten Cilacap.
Kampung ini maksimal hanya memiliki 15 kepala keluarga. Dulu pada tahun 70-an, hanya ada sembilan kepala keluarga. Kemudian di tahun belakangan ini sampai 15 kepala keluarga. Warga setempat percaya bahwa 15 adalah jumlah kepala keluarga maksimum.
Jika melebihi 15 kepala keluarga, maka warga setempat percaya akan muncul marabahaya. Jumlah kepala keluarga yang dibatasi ini secara alamiah didukung oleh lingkungan setempat. Kampung Tajakembang diketahui ada di daerah hutan lindung.
Bisa dikatakan daerah ini jauh dari ingar bingar perkotaan. Maka, tidak heran anak muda di Tajakembang ada yang memutuskan untuk hidup di kota. Sebab, di kota akses terhadap banyak hal lebih mudah. Sehingga, jumlah kepala keluarga di Kampung Tajakembang relatif stabil.
Di sisi lain, masyarakat percaya bahwa siapapun yang menginjakkan kaki di Kampung Tajakembang tak boleh berperilaku sembarangan. Warga Kampung Tajakembang memegang erat kepercayaan tersebut.
Keyakinan tersebut diturunkan ke generasi selanjutnya. Khususnya mereka yang memutuskan untuk tetap hidup di Kampung Tajakembang. Diketahui, sekalipun banyak pemuda yang memutuskan hijrah ke kota, masih ada saja mereka yang memutuskan bertahan di Kampung Tajakembang.
Mereka yang bertahan di Kampung Tajakembang salah satu alasannya adalah melestarikan budaya sembari bertani. Warga Kampung Tajakembang memang dikenal sebagai petani.
Sekalipun erat dengan kepercayaan atau keyakinan atau budaya leluhur, warga Kampung Tajakembang dikenal sebagai komunitas yang taat membayar pajak bumi dan bangunan. Mereka beranggapan bahwa masyarakat harus taat pada pemimpin.
Kampung Tajakembang adalah bagian dari Kecamatan Dayeuhluhur. Diketahui, warga Dayeuhluhur ini adalah suku Sunda, sekalipun secara administratif masuk Kabupaten Cilacap. Jadi, sekalipun ada di wilayah Jawa Tengah, orang Dayeuhluhur adalah suku Sunda, bukan suku Jawa.
Warga Dayeuhluhur juga dikenal memegang erat tradisi. Hal itu dilakukan salah satunya untuk menjaga ekosistem lingkungan.
Referensi:
Sujarno, Indra Fibiona, Noor Sulistyobudi; Budaya Spiritual Parahyangan di Tanah Mataram