SERAYUNEWS — Film Jumbo yang kini sedang tayang di bioskop Indonesia bukan hanya menghadirkan kisah menyentuh dan menghibur, melainkan juga menyimpan pesan mendalam. Tak banyak penonton mengetahuinya.
Salah satu karakter di film ini, Nurman, ternyata tercipta sebagai bentuk penghormatan untuk salah satu tokoh paling ikonik dalam perfilman Indonesia—Mahar, dari film Laskar Pelangi.
Sang sutradara, Ryan Adriandhy, mengungkapkan hal ini melalui unggahan Instagram dan juga dalam beberapa wawancara dengan media.
Ryan Adriandhy menjelaskan bahwa karakter Nurman adalah bentuk penghormatan sekaligus peringatan untuk aktor mendiang Ikal Mahar, yang telah lebih dulu meninggalkan dunia.
Mahar, tokoh dalam film Laskar Pelangi. Almarhum aktor Ikal Mahar memerankan tokoh ini. Orang mengenalnya dengan gaya eksentrik dan kecintaannya pada musik.
Ia menjadi salah satu ikon dalam film tersebut serta mampu mencuri perhatian penonton dengan pembawaannya yang jujur dan ekspresif.
Tak hanya sekadar tokoh pendukung, Mahar berhasil mencuri hati publik dan menjadi simbol keberanian dalam berkarya.
Tak heran, keberadaannya di dunia perfilman masih terkenang hingga saat ini.
Dalam film Jumbo, Nurman digambarkan sebagai anak dengan kepribadian unik, ekspresif, dan memiliki kecintaan pada seni.
Karakter ini tampil dengan gaya dan pembawaan yang mengingatkan penonton pada sosok Mahar dalam Laskar Pelangi.
Ryan Adriandhy mengatakan bahwa karakter ini sengaja dibuat dengan nuansa serupa karena Mahar adalah salah satu karakter yang sangat membekas di hati masyarakat Indonesia.
Menurut Ryan, sosok Mahar merepresentasikan semangat bebas, orisinalitas, dan keberanian mengekspresikan diri.
“Nurman adalah dedikasi kami kepada Mahar. Ia bukan hanya karakter, tapi kenangan akan seseorang yang membawa warna dalam industri perfilman Indonesia,” ujar Ryan, mengutip dari unggahan Instagram resminya (Instagram Ryan Adriandhy).
Bagi para penonton yang jeli, kemunculan Nurman dalam Jumbo langsung membawa mereka pada memori masa lalu bersama Laskar Pelangi.
Banyak yang merasa terharu dan tersentuh saat mengetahui latar belakang pembuatan karakter tersebut.
Hal ini terlihat dari berbagai reaksi warganet di media sosial. Banyak yang mengungkapkan rasa hormat atas langkah Ryan Adriandhy dalam memberikan penghargaan kepada mendiang Ikal Mahar melalui film terbarunya.
“Salut buat Mas Ryan. Karakter Nurman bener-bener bikin saya nostalgia sama Mahar,” tulis salah satu warganet di kolom komentar unggahan Ryan.
Langkah Ryan Adriandhy menciptakan karakter Nurman adalah bukti bahwa perfilman Indonesia tidak melupakan jejak langkah para pelaku seni terdahulu.
Melalui karakter ini, generasi baru mengenang dan menghargai karya-karya sebelumnya yang telah mewarnai perjalanan perfilman tanah air.
Penghormatan seperti ini tidak hanya menunjukkan rasa cinta dan hormat, tetapi juga menjadi pelajaran bahwa setiap karya seni memiliki jejak dan pengaruh yang kuat, bahkan setelah bertahun-tahun berlalu.
Kesimpulan
Film Jumbo kini tidak hanya dinikmati karena ceritanya yang kuat dan menyentuh, tetapi juga karena pesan emosional di balik karakternya.
Sosok Nurman menjadi jembatan nostalgia dan penghormatan terhadap Mahar, tokoh ikonik yang tak akan terlupakan.
Dengan ini, Ryan Adriandhy telah membuktikan bahwa film bukan hanya tentang hiburan semata, melainkan juga tentang mengenang, menghargai, dan menjaga warisan budaya.***